"Arem-arem".
Ya, makanan khas untuk bekal saat mau piknik/tamasya waktu kecil dulu. Tampilannya sekarang bervariasi, ada yang kecil gemuk, ada yang panjang tapi ramping, adapula yang diikat pakai staples, dan adapula yang masih menganut ajaran lama yaitu memakai batang lidi dibagian atas dan bawahnya. Itu dari segi tampilan luar saja, sedangkan untuk tampilan dalam, variasi hanya terdapat pada isiannya saja.Â
Jika dulu waktu saya kecil, isian hanya berupa kering tempe yang dibumbu pedas, tetapi sekarang macam-macam sesuai selera pembuat maupun pembeli. Ada yang berisi daging ayam cincang bumbu pedas, ada yang berupa udang bumbu pedas, cem-macem deh variannya. Tetapi untuk bagian utamanya tetap nasi.
"Arem-arem" hanya berupa nasi yang diberi isian sesuai selera kemudian dibungkus menggunakan daun pisang dan diikat atas dan bawah seperti lontong. Rasanya ehm, istimewa.
Flashback ke jaman saya masih sekolah di SDN Kupang 1 Ambarawa ya (biar komplit, biar gak dikira hanya bayangan saja), minggu depan akan piknik di beberapa lokasi yang ada di daerah Jogja. Kala itu piknik ke Jogja bagi kami (lebih tepatnya saya mungkin ya), sudah sangat istimewa untuk ukuran anak-anak SD.Â
Perjalanan waktu itu sekiranya akan ditempuh menggunakan bis yang berisi murid yang berjumlah kurang lebih 30 orang dan beberapa orang guru. Kalau tidak salah ingat, salah satu tempat tujuannya yaitu pantai Parangtritis.Â
Saya yang akrab dengan beberapa teman laki-laki sempat mengungkapkan jika nanti kita piknik pasti akan ada yang bawa arem-arem sebagai bekalnya. Waktu itu kuliner belum sebanyak sekarang dan uang saku untuk piknik juga tidak sebanyak sekarang. Jadi untuk menghemat uang saku biasanya orang tua memberikan bekal dijalan agar tidak kelaparan dan tetap bisa menikmati acara pikniknya dengan sehat sentosa. Waktu yang ditentukanpun akhirnya tiba.Â
Dengan bekal ditangan sebesar (lupa berapa, tetapi sanggup untuk beli es teh di daerah parkiran pantai Parangtritis hehehe), sementara bekal berupa makanan tidak tersedia. Mengapa? Karena menurut informasi bahwa masing-masing murid akan mendapatkan jatah makan berupa nasi kotak dan snack.Â
Telah tersedia 1 unit bus besar yang sekiranya akan mengantar kami ke tujuan. Di dalam bus itu tersedia 5 tempat duduk dalam satu deretnya. Sebelah kiri 2 tempat duduk bergandengan dan di sebelah kanan yang terpisahkan oleh lorong pemisah terdapat 3 tempat duduk bergandengan.Â
Saat itu saya duduk bersama dengan teman yang sudah dipilihkan oleh guru-guru (diatur menurut pilihan nomer absen barangkali ya), saya dan 1 orang murid duduk dibangku sebelah kiri, sedangkan tepat di bangku sebelah kanan duduk ibu guru kami waktu kelas 4 dulu.Â
Bu guru ini tidak pernah marah, selalu bisa membuat kami tertawa. Belum sampai setengah jam laju bus kala itu (karena perjalanan ke Jogja bisa ditempuh dalam 1,5 jam perjalanan darat), bu guru menepuk bahu kami dan tanpa banyak berbicara langsung menyodorkan arem-arem raksasa, besar untuk ukuran sekali makan bisa untuk 3 sampai 4 orang.Â