Mohon tunggu...
Wayir Nuri
Wayir Nuri Mohon Tunggu... -

Aku dilahirkan di Jogja dan memutuskan tinggal di Aceh setelah tragedi tsunami. Pernah tercatat sebagai relawan, lalu mengarang novel berjudul Secangkir Kopi Untuk Relawan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jangan Menyerah, Anakku!

31 Maret 2013   01:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:58 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13646668281152667835

Tidak ada kabar yang lebih berat bagi orang tua ketika mendengar buah hati tercintanya divonis kanker. Sebelum ini kalaupun anakku sakit, paling sakit kecil-kecilan. Apakah itu demam, influenza, alergi atau batuk-batuk. Mungkin ada kategori yang sedikit lebih berat semisal demam berdarah, campak atau pun basil. Namun penyakit jenis penyakit tersbeut hanya membutuhkan penanganan minimal. Paling kalaupun perlu dibawa ke rumah sakit, hanya memerlukan penanganan satu hingga dua pekan. Tapi bagaimana dengan leukemia atau kanker lainnya? Zaim memerlukan penanganan instensif selama satu bulan penuh di dalam rumah sakit. Dan selama satu bulan itu, dia hanya menghabiskan diri dengan meringkuk di dalam ranjangnya. Kalaupun diizinkan berjalan-jalan, maka mengelindinglah Zaim dalam stoler di dorong ruangan. Tidak dapat menghidup udara segar, melihat matahari apalagi jalan-jalan dengan sepeda motor atau mobil seperti yang dia senangi sebelum kanker menderanya. Dan selama itu juga, istriku tercinta memberikan seluruh cinta dan perhatiannya kepada buah hati kami tercinta. Tercatat dalam jurnal harianku, Zaim masuk ke dalam rumah sakit pada tanggal 24 Oktober 2012 dan baru keluar tanggal 31 November 2012. Dengan kata lain, seberat-beratnya kami berdua menanggung derita, lebih berat bagi Zaim sendiri yang mengalami sakit tersebut. Selama satu bulan lebih Zaim di rumah sakit, selama itu juga Zaim mulai menjalani start awal kemotherapy. Total Zaim akan menjalami kemotherapy selama 4 (empat) tahun. Hal ini didasarkan atas hasil operasi terhadap cairan sum-sum tulang belakang (bone marrow). Dari situ dokter memvonis bahwa Zaim mengidap kanker darah (leukemia)jenis ALL Regimen C. Ini artinya jenis yang serius dengan penangan yang lebih intensif. Lalu setelah operasi, mulailah Zaim menjalani hari-hari yang berat. Zaim beberapa kali memasuki ruang operasi untuk melakukan berbagai jenis pembedahan. Apakah itu operasi untuk mengambil cairan sumsum tulang belakang (bone marrow), operasi IT hingga operasi untuk memasang kemopot. Operasi jenis tadi tidak hanya berlangsung sekali. Selama Zaim mengidap kanker, selama itu juga Zaim secara rutin harus mengikuti operasi. Tidak hanya itu saja, setiap kali akan test darah ataupun kemo, dokter dibantu oleh merawat harus membuat line. Ini artinya dokter dengan jarumnya akan mencucukan jarum untuk mencari line atau jalan darah. Karena fisik Zaim yang masih kecil, dokter terkadang kewalahan untuk membuat line. Pernah Zaim harus dicucuk 11 kali hanya untuk membuat line bagiZaim. Terkadang selama satu jam penuh saya ataupun istri duduk di ruang operasi kecil menemani Zaim mendapatkan line. Dan selama satu jam itu, Zaim akan terus menangis kesakitan sebelum akhirnya mendapatkan line. Pada saat menjalani kemo, rambutpunberguguran. Kenapa begitu? Kemotherapy sebenarnya mamasukkan racun ke dalam tubuh dengan tujuan membunuh sel kanker. Karena yang masuk adalah racun, maka badan memberikan reaksi dengan gugurnya satu demi satu rambut. Maka ciri-ciri anak yang mengalami kemotherapy biasanya anak tersebut tidak memiliki rambut. Kalaupun rambutnya lebat, dapat dipastikan semua rambutnya akan rontok. Orang tua yang tidak tega dengan kondisi tersebut akhirnya memutuskan mencukur semua rambutnya. Rambut rontok bukanlah satu-satunya efek kemo. Semua jenis pengobatan kemo akan memberikan efek yang berbeda bagi setiap tubuh. Ini yang disebut dengan efek Stephen Jonson (Kenapa tidak dikasih nama Stephen Covey atau Stephen Spileberg aja sekalian ya). Pada detik ini aku berfikir, bahwa Zaim jauh lebih kuat dibading aku. Dia lebih hebat dari ayahnya yang memiliki ilmu dan kehidupan yang begitu sederhana ini. Seperti nasihat Sastrawan Negara Malaysia, Datok Abdullah Kamala (Keumala) padaku beberapa waktu yang lalu. “Zaim, “katanya waktu itu,”kalau hidup akan menjadi orang hebat.” Aku hanya mengaminkan tak kuasa menahan air mata. Maka atas do’a orang tua, dorongan handai taulan dan garis takdir bernama perjuangan mengajak ummat manusia untuk hanya menyembah pada Nya, aku ingin berkata dengan kata-kata sederhana. “Jangan menyerah anakku. Never, never, never give up.” #pray for Zaim, www.songformyson.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun