Masalah kesehatan mental masih menjadi masalah yang sering dialami oleh jutaan remaja Indonesia. Survei Kesehatan Mental Remaja Nasional Indonesia (I-NAMHS), survei skala nasional pertama terhadap kondisi kesehatan mental remaja Indonesia (usia 10-17), membuktikan bahwa ada 15,5 juta remaja Indonesia yang menderita masalah kesehatan mental pada tahun 2021. Sayangnya, hanya 2.6% remaja dari jumlah tersebut yang mencari bantuan yang mereka butuhkan. Survei yang sama juga membuktikan, bahwa ketika ditanya dari mana sumber bantuan yang mereka dapatkan, 38.2% menjawab bahwa bantuan yang didapatkan justru diberikan dari staf sekolah. Statistik di atas membuktikan bahwa sekolah-sekolah dan pendidikan di Indonesia justru memiliki peran besar dalam membekali peserta didik dengan pengetahuan yang mumpuni dalam membangun ketahanan mental diri mereka.Â
Melihat prevalensi permasalahan kesehatan mental remaja Indonesia, empat mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sebelas Maret tergerak untuk berkolaborasi bersama dan mengembangkan ide dari wakil direksi Lazuardi Al-Falah Klaten, Febriandrini (@teacherandri) dalam menciptakan sebuah inovasi digital yang ditujukan untuk membekali peserta didik sedini mungkin mengenai kompetensi sosial emosional, sebagai bentuk pencegahan permasalahan kesehatan mental lebih parah dan peserta didik dapat menjadi lebih adaptif secara psikologis dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Bekerja sama dengan dua sekolah swasta inklusi yang memiliki misi yang sama, yaitu SMP Lazuardi Kamila Surakarta dan SMP Lazuardi Al-Falah Klaten, keempat mahasiswi ini melaksanakan penelitian sebagai bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), dengan tujuan untuk menguji pengaruh inovasi media digital "Kancani" terhadap regulasi emosi remaja tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kegiatan riset ini menjadi salah satu kegiatan yang didukung oleh Hibah MBKM Universitas Sebelas Maret.Â
Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning (CASEL) mengidentifikasi bahwa ada lima kompetensi sosial emosional yang seharusnya diajarkan kepada para peserta didik: kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi, dan pembuatan keputusan yang bertanggung jawab. Kelima kompetensi sosial emosional ini tidak bisa muncul begitu saja, namun harus diajarkan melalui pemberian edukasi yang tepat dan diciptakan kebiasaannya dalam berperilaku pula. Maka dari itu, aplikasi web Kancani (https://www.kancani.id) dikembangkan berdasarkan kelima kompetensi ini, dan bisa berperan solusi digital bagi peserta didik untuk membiasakan diri dalam mengidentifikasi emosi mereka, mengungkapkannya dalam cara yang sehat, berempati dengan teman-teman yang merasakan hal yang sama dan memberikan dukungan, serta mendapatkan psikoedukasi yang tepat dalam rangka mengembangkan diri agar menjadi lebih tangguh secara psikologis.
Pengenalan aplikasi web Kancani kepada peserta didik remaja SMP di dua sekolah berlangsung dengan lancar, mengingat kedua sekolah memfasilitasi peserta didik dengan teknologi yang tepat untuk keperluan pembelajaran sehari-hari. Dalam tahap registrasi, peserta didik diwajibkan menggunakan alamat email domain sekolah. Sebagai aplikasi web progresif (PWA), Kancani menjadi media digital yang tepat karena dapat diunduh langsung ke gawai yang digunakan sehari-hari oleh peserta didik (seperti contoh, laptop dan smartphone). Setelah tahap registrasi, para peserta didik diperbolehkan untuk mengeksplorasi berbagai fitur yang ada, termasuk fitur permainan dengan karakter virtual yang bisa menghibur mereka. Penelitian dilaksanakan dengan didampingi oleh keempat mahasiswi Psikologi UNS yang kemudian menjadi lebih akrab dengan para remaja di kedua sekolah tersebut.Â
Kenyataannya, salah satu kemungkinan mengapa remaja bisa mengalami permasalahan emosional atau kesehatan mental adalah karena mereka bisa membentuk pikiran irasional mengenai berbagai kejadian di sekitar mereka. Maka dari itu, penting bagi remaja untuk mengembangkan kemampuan dalam mendebat pikiran-pikiran atau asumsi yang tidak sesuai dengan kenyataan, dan mencari solusi dari permasalahan emosional yang mereka alami. Kancani juga mencakup konten intervensi berbasis REBT (Rational-emotive Behavioral Therapy). Pendekatan psikologis ini dipilih karena mengajarkan remaja bahwa terkadang permasalahan emosional bisa terjadi karena asumsi yang terbentuk di pikiran kita, bukan karena kejadian itu sendiri. Pendekatan ini juga mengajarkan cara-cara yang dapat dilakukan remaja untuk mendebat pikiran-pikiran irasional tersebut, agar mereka tidak terlarut dalam permasalahan emosional yang mereka alami.
Hingga saat ini, media digital Kancani masih digunakan untuk membiasakan peserta didik dalam mengembangkan kompetensi sosial emosional mereka. Kancani diciptakan dengan tujuan untuk membantu satuan-satuan pendidikan di Indonesia memahami kondisi emosional murid-muridnya dengan lebih baik, serta membekali mereka dengan pengetahuan psikologis yang penting dimiliki, agar remaja bisa tumbuh menjadi pribadi yang sejahtera fisik dan mental, lahir dan batin pula. Ke depannya, media digital Kancani akan terus dikembangkan untuk memfasilitasi keperluan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah-sekolah. Ucapan terima kasih kami berikan kepada peserta didik dan guru-guru SMP Lazuardi Al-Falah Klaten dan SMP Lazuardi Kamila, atas kerja sama dan antusias yang luar biasa.Â
Temukan kami di berbagai kanal media sosial (Instagram, LinkedIn) dan hubungi kami lebih lanjut untuk mendapatkan layanan Kancani di sekolah. Karena Kancani akan selalu ada untuk menemani, kapanpun saat kalian merasakan emosi. -FA, FL