Mohon tunggu...
Kanaya SilvaPutri
Kanaya SilvaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar berkarya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak PPKM, Pedagang Kelapa Parut Mengaku Alami Penurunan Omset Hingga 40%

23 Juli 2021   18:05 Diperbarui: 25 Maret 2022   11:20 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebijakan pemerintah dalam mengurangi kasus positif Covid-19 di Indonesia masih dilakukan. Hingga saat ini pemerintah masih menjalankan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) serta memperpanjang PPKM darurat sampai tanggal 25 Juli 2021. Hal ini membuat para pedagang di pasar tradisional mengalami penurunan omset yang cukup parah. 

Memperpanjang kebijakan PPKM ini tuai pro dan kontra dikalangan pedagang pasar tradisional. pasalnya mereka mulai merasa khawatir akan turunnya omset yang diterima setiap harinya. Mulanya kelapa parut bisa terjual ratusan buah per hari, namun sekarang semakin berkurang akibat adanya kebijakan PPKM ini serta kurangnya minat masyarakat untuk keluar rumah membeli bahan makanan secara langsung di pasar tradisional.

Wahyu yang seorang penjual sekaligus pemilik toko Kelapa Parut mengaku tidak setuju dengan kebijakan PPKM ini, Karena dirasa sangat membatasi aktivitas masyarakat serta menghambat perekonomian para pedagang di pasar. Sebelum adanya wabah Covid-19, penjualan kelapa parut terpantau normal, namun semenjak kebijakan PSBB hingga PPKM seperti sekarang ini omset para pedagang sangat menurun. 

"Untuk omset dagangan sudah pasti sangat menurun bahkan bisa sampan 40% yang biasanya ramai sekarang jadi sepi pelanggan dan itu sangat merugikan buat saya, saya dan karyawan yang lain juga jadi bingung mau keluar susah pembeli pun juga jadi takut untuk keluar rumah bahkan untuk membeli persediaan bahan pangan di pasar seperti ini" ujar Wahyu pemilik toko Kelapa Parut di Pasar Inpres Jakarta Timur, Jum'at (23/7/2021).

Berkurangnya pembeli membuat para pedagang khawatir sekaligus kebingungan. Berbagaimacam cara dilakukan untuk tetap mendapatkan pemasukan dan pelanggan, seperti banyak pedagang yang melakukan jual beli melalui pesan chat atau aplikasi Whatsapp dan barang yang sudah dibeli akan diantar ke rumah pelanggan. Hal tersebut dilakukan demi mempertahankan dagangannya agar tetap laku terjual dan agar para pedagang tetap dapat mendapatkan untung. 

Suasana pasar pada siang hari yang biasanya terpantau ramai, kini berubah menjadi tidak terlalu ramai. Jalanan sekitar pasar yang biasanya dipadati  kendaran bermotor, mobil serta angkutan umum kini Hanya terisi oleh beberapa pengendara motor dan angkutan umum. Suasana itu lumrah terjadi karena dalam kebijakan PPKM ini masyarakat diimbau untuk tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan mendesak dan dilarang berkerumun.

"Sebenarnya dibilang  terkena dampak dari PPKM ya pasti kena, sepeti sekarang ini saja dagangan sangat menurun pembelian dan pendapatannya. Saya dan karyawan yang bekerja disini juga tidak bisa bepergian jauh-jauh bahkan pulang kampung pun tidak bisa. Saya berharap kalau memang dengan diadakannya kebijakan PPKM ini pemerintah juga harus memberikan bantuan kepada masyarakat dan juga memberi solusi, jadi tidak semata-mata kebijakannya saja, harus ada solusi juga untuk masyarakat" ujar Wahyu menambahkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun