Semenanjung Korea telah lama menjadi zona ketegangan militer sejak berakhirnya Perang Korea pada tahun 1953. Ketegangan tersebut terjadi akibat persaingan antara Korea Utara yang cenderung komunis dengan Korea Selatan yang pro-Barat. Ancaman perang kembali memuncak sejak Korea Utara melakukan uji coba nuklir dan rudal balistik berulang kali sejak 2006 silam. Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa negara tersebut akan menggunakan senjata-senjata tersebut. Hingga saat ini, masih terjadi ketegangan yang cukup signifikan di kawasan Semenajung Korea dan telah menjadi ancaman serius bagi perdamaian dunia. Diperlukan upaya multilateral internasional untuk mendiskusikan solusi diplomatik untuk mencegah terjadinya "Perang Kiamat" serta menyelesaikan krisis secara damai.
Semenanjung Korea terus melakukan uji coba senjata dan nuklirnya yang memicu ketegangan dengan masyarakat global. Korea Utara terus melakukan pengembangan pada senjata nuklir dan rudal balistiknya sebagai ancaman bagi Korea Selatan. Jika tidak segera ditangani, perang saudara berpotensi terjadi, hal ini akan memicu konflik bersenjata baru yang dapat mengakibatkan banyaknya korban jiwa dan ancaman bagi perdamaian dunia. Oleh karena itu, diplomasi dan kerja sama internasional menjadi instrumen penting dalam mengurangi ketegangan dan mempromosikan perdamaian di Semenanjung Korea.
Organisasi PBB telah aktif sejak didirikan dan sejak berakhirnya Perang Korea. PBB bertujuan untuk memperkuat hubungan bilateral yang terjalin antara kedua Korea melalui pertemuan di New York dan Jenewa. Sejumlah resolusi juga disahkan untuk mengurangi ketegangan dan menerapkan sanksi kepada Korea Utara karena uji coba nuklir dan rudal balistiknya. Namun, ijazah PBB memerlukan pelatihan tambahan karena sanksi hanya digunakan untuk kegiatan politik tertentu, dengan kata lain hanya berlaku sebatas alat politik yang sifatnya sementara.
Forum kerja sama regional, seperti ASEAN Regional Forum (ARF) dan ASEAN Defence Ministers' Meeting Plus (ADMM+), menjadi semakin penting. Melalui dialog ini, negara-negara Asia dapat membahas krisis Korea yang sedang berlangsung dan transnasional. Diharapkan kerja sama bilateral dan multilateral akan meningkatkan tingkat kepercayaan antar-Korea. Misalnya, pelatihan bersama untuk operasi bantuan kemanusiaan di Semenanjung Korea jika terjadi bencana alam atau konflik besar, seperti konflik bersenjata.
Diplomasi Track Two, yang bermanfaat bagi akademisi dan masyarakat sipil juga memiliki peran yang besar. Dengan menggunakan berbagai pertemuan tidak resmi, para pakar dapat memperoleh wawasan dari berbagai perspektif untuk memahami pemikiran masing-masing individu. Mereka dapat menjadi mediasi yang efektif untuk memahami perspektif masing-masing pihak dan mencari titik temu yang dapat meredam ketegangan. Proses damai ini merupakan alternatif yang baik untuk mencegah terjadinya perang yang dapat mengorbankan jutaan nyawa. Diskusi ini telah menghasilkan solusi konkret seperti mendeklarasikan berakhirnya Perang Korea atau memutuskan untuk uji coba nuklir sebagai langkah awal yang diambil.Â
Meski menghadapi tantangan dari sikap keras kepala Korea Utara, kerjasama multilateral perlu terus ditingkatkan dengan terus menawarkan dialog damai dan memberikan insentif, diharapkan Korea Utara mau terbuka untuk berunding menuju perdamaian dan stabilitas kawasan. Perdamaian di Semenanjung Korea sangat penting untuk stabilitas kawasan dan dunia, oleh karena itu peran organisasi internasional perlu didorong lebih besar lagi.
Organisasi-organisasi internasional tersebut berupaya menciptakan komunikasi melalui diplomasi yang insentif dalam upaya untuk mengurangi ketegangan serta mendorong denuklirisasi Semenanjung Korea secara damai melalui negosiasi dengan Korea Utara. Upaya bersama dunia internasional tersebut diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang telah melanda lama kawasan strategis ini. Dengan berbagai upaya bersama antara berbagai organisasi internasional dan kelompok masyarakat, diharapkan komunitas global dapat mengatasi krisis Semenanjung Korea secara damai dan mencegah terjadinya konflik bersenjata beresiko tinggi. Perdamaian adalah aspirasi mulia bagi semua bangsa dan harus dijaga melalui kerja sama internasional yang erat.Â
Peran Organisasi PBB
Sebagai organisasi keamanan multilateral tertinggi di dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memiliki peran sentral dalam mengatasi krisis di Semenanjung Korea. Sejak didirikan pada 1945, PBB bertanggung jawab menjaga perdamaian dan keamanan internasional sesuai mandat Piagam PBB. Â Terkait Semenanjung Korea, PBB telah menerbitkan lebih dari 100 resolusi untuk mendorong penyelesaian damai. Resolusi-resolusi tersebut antara lain menyerukan penghentian program senjata nuklir Korea Utara dan menginvestigasi pelanggaran HAM di negara tersebut. PBB juga membentuk panel ahli untuk memantau sanksi ekonomi atas program nuklir Korea Utara.
Di bawah naungan PBB, dialog-dialog tingkat tinggi antara Korea Utara dan negara-negara lain juga berlangsung, seperti Kesepakatan Kerangka PBB pada 1994 dan Pertemuan Enam Negara pada 2003. Sayangnya, upaya-upaya ini belum sepenuhnya berhasil karena penolakan Korea Utara yang rutin memboikot negosiasi. Oleh karena itu, agar diplomasi PBB lebih efektif, diperlukan tekanan internasional yang lebih kuat untuk membujuk Korea Utara agar patuh pada resolusi PBB dan bersedia negosiasi secara konstruktif. Selain itu, PBB perlu terus memperkuat kerja sama dengan organisasi regional.
Peran Organisasi ASEAN dan Asia Timur