Mohon tunggu...
Kanaya Chairani
Kanaya Chairani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga

Halo

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketegangan Aksi Demo, Media Sosial, dan Peringatan Darurat di Indonesia

6 Januari 2025   17:45 Diperbarui: 6 Januari 2025   17:45 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peringatan Darurat (Sumber : https://images.app.goo.gl/onjt9xMJBGKMRVE18 )

Aksi demo dan peringatan darurat yang baru-baru ini mengguncang warga Indonesia adalah refleksi dari meningkatnya ketegangan sosial antara pemerintah dan masyarakat yang merasa bahwa kebijakan publik, peraturan hukum, atau isu-isu sosial yang ada tidak memihak mereka. Demonstrasi adalah bentuk kebebasan berekspresi yang dijamin oleh konstitusi, meskipun sering dipandang sebagai ancaman terhadap stabilitas oleh pemerintah ketika ada potensi gangguan keamanan. Dalam kondisi tertentu, pemerintah dapat menerapkan peringatan darurat untuk menjaga ketertiban, namun pendekatan ini harus dilakukan dengan hati-hati dan disertai dialog yang terbuka antara pemerintah dan masyarakat agar tidak memperparah ketegangan. Keterbukaan ini sangat penting karena dalam banyak kasus, ketegangan disebabkan oleh kesenjangan antara kebijakan dan harapan masyarakat, sehingga solusi damai hanya bisa dicapai melalui komunikasi yang saling memahami.

Dalam konteks yang lebih luas, pengguna media sosial di Indonesia turut memainkan peran penting dalam menggerakkan opini publik dan memobilisasi aksi-aksi sosial. Tagar seperti "Kawal Putusan MK" dan "Peringatan Darurat" adalah contoh nyata bagaimana media sosial telah menjadi sarana penting bagi masyarakat untuk mengekspresikan kekhawatiran mereka terhadap isu-isu hukum dan politik yang dianggap krusial. Penggunaan simbol-simbol nasional seperti Garuda Pancasila berlatar biru dalam kampanye-kampanye online menunjukkan adanya semangat nasionalisme yang kuat di tengah dinamika politik ini, di mana masyarakat merasa perlu menegaskan kembali komitmen mereka terhadap Pancasila dan nilai-nilai kebangsaan yang mendasari Indonesia.

Media sosial juga memungkinkan masyarakat untuk mengawasi pemerintah secara lebih langsung, menuntut transparansi, dan mengorganisir gerakan-gerakan kolektif yang mendorong perubahan. Ini adalah bagian dari proses demokratisasi di mana suara publik menjadi semakin kuat dalam mempengaruhi kebijakan, terutama ketika isu-isu besar seperti putusan MK dianggap dapat berdampak luas pada stabilitas hukum dan politik negara. Peran media sosial dalam hal ini tidak bisa dianggap remeh, karena ia telah menjadi medan utama di mana wacana politik dan sosial berlangsung, memungkinkan berbagai kelompok untuk terlibat dalam percakapan yang sebelumnya mungkin hanya terbatas pada elite tertentu.

Namun, penting juga untuk diingat bahwa aksi demo, baik di lapangan maupun di dunia maya, harus tetap berada dalam kerangka hukum dan etika yang ada. Demonstrasi yang mengarah pada kekerasan atau tindakan destruktif justru bisa merugikan perjuangan itu sendiri dan membuatnya menjadi sia-sia. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dalam aksi sosial harus dilakukan secara damai dan tertib, dengan tetap menghormati aturan hukum yang berlaku. Sebaliknya, pemerintah juga harus bijaksana dalam merespons tuntutan-tuntutan tersebut, dengan berupaya untuk lebih mendengarkan suara masyarakat dan mencari solusi bersama yang dapat diterima oleh semua pihak.

Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital ini, keseimbangan antara kebebasan berekspresi, stabilitas politik, dan keamanan nasional menjadi tantangan yang semakin kompleks. Oleh karena itu, baik pemerintah maupun masyarakat perlu saling bekerja sama untuk menjaga keutuhan negara, sembari memastikan bahwa hak-hak dasar warga negara tetap dihormati dan dilindungi. Melalui dialog yang konstruktif dan pendekatan yang inklusif, ketegangan dapat diredakan, dan Indonesia bisa melangkah maju sebagai negara yang kuat, stabil, dan demokratis.

Jadi, aksi demokrasi dan peringatan darurat di Indonesia menunjukkan bahwa ketegangan diantara pemerintah dan masyarakat terkait kebijakan publik yang dianggap tidak adil meningkat. Selain itu, Media sosial menjadi alat penting dalam memobilisasi opini publik yang di mana seperti yang kita tahu di era modern sekarang masyarakat sudah menggunakan media sosial secara aktif, sementara simbol nasionalisme digunakan untuk memperkuat pesan kolektif. Pemerintah perlu merespons tuntutan ini secara bijak dengan dialog yang terbuka, agar tidak memperburuk situasi. Dalam konteks demokrasi yang semakin digital, keseimbangan antara kebebasan berekspresi, keamanan, dan stabilitas politik menjadi tantangan utama bagi pemerintah dan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun