Cristin menghadapi trauma mendalam setelah rumah mereka porak-poranda akibat tindakan yang diduga dilakukan oleh oknum pengacara. Dalam wawancara eksklusif, Cristin mengungkapkan penderitaannya. Keluarga
"Barang-barang untuk terapi anak saya yang autis juga dirusak, bahkan meja untuk terapi dibawa," ujar Cristin dengan nada sedih. Ia juga mengungkapkan bahwa meja sembahyang keluarganya, tempat mereka berdoa sebagai umat Buddha, ikut menjadi korban pengrusakan.
"Meja doa/meja sembahyang kami umat Buddha dirusak, bahkan abu jenazah leluhur kami dihancurkan dan dibuang," lanjut Cristin sambil menangis. Baginya, tindakan tersebut sangat menyakitkan dan meninggalkan luka batin yang mendalam bagi keluarganya.
Menanggapi peristiwa ini, Erles, seorang tokoh yang turut memperjuangkan keadilan dalam kasus ini, mengecam keras tindakan tersebut.
"Tindakan biadab yang dilakukan oknum pengacara ini sangat memalukan profesi pengacara. Hal ini tidak boleh dibiarkan," tegas Erles saat ditemui oleh awak media di lokasi kejadian. Ia mendesak pemerintah, khususnya pihak kepolisian, untuk bertindak tegas terhadap perilaku premanisme yang merusak tatanan hukum dan kemanusiaan.
Peristiwa ini menjadi pengingat penting akan perlunya penegakan hukum yang tegas untuk melindungi hak-hak masyarakat, terutama mereka yang menjadi korban pengrusakan dan
 kekerasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H