program doktor di Universitas Indonesia (UI) kembali mencuat setelah adanya penangguhan kelulusan salah satu peserta, Bahlil Lahadalia. Program Sekolah Kajian Strategik dan Global (SKSG) menjadi sorotan, terutama terkait kejanggalan proses akademik yang dinilai terlalu mudah bagi pejabat dan praktisi.
Deolipa Yumara, alumni Fakultas Hukum dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, memberikan pandangannya terkait isu ini. "Ini bukan sekadar persoalan individu. Kejanggalan seperti ini menunjukkan adanya celah yang diduga menjadi ruang kolusi antara akademisi dengan para pejabat atau pihak yang memiliki modal besar," ujarnya.
Menurut Deolipa, SKSG yang dibentuk sejak 2016 sebagai program multidisipliner pasca sarjana UI, kini justru memunculkan citra eksklusif. "Program ini seharusnya membawa nama baik UI, bukan malah menjadi pintu bagi mereka yang ingin mendapat gelar doktor dengan cara instan," tegasnya.
Ia menyoroti kelulusan Bahlil Lahadalia yang dinilai terlalu cepat. "Satu tahun delapan bulan untuk menyelesaikan disertasi dengan predikat cum laude? Itu sulit dipercaya, apalagi untuk seorang menteri yang sangat sibuk. Saya yang kuliah setiap hari saja susah payah untuk lulus," tambahnya.
Lebih lanjut, Deolipa juga menyinggung dugaan pelanggaran akademik lain, seperti plagiat dan penggunaan data tanpa izin. "Ada laporan dari JATAM bahwa karya ilmiah yang digunakan mengandung data tanpa izin. Ini masalah serius yang harus ditindak," katanya.
Ia mendesak pihak UI untuk mengambil langkah tegas terhadap promotor dan kopromotor yang terlibat. "Promotornya adalah dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), sementara kopromotornya adalah dekan Fakultas Ilmu Administrasi (FIA). Jika terbukti ada pelanggaran, mereka harus mundur," tegas Deolipa.
Deolipa juga menyerukan moratorium terhadap program SKSG. "Program ini perlu dievaluasi menyeluruh. Jika perlu, dihentikan sementara hingga UI dapat memastikan tidak ada lagi penyimpangan," jelasnya.
Sebagai alumni, ia merasa bertanggung jawab menjaga reputasi kampus. "UI adalah universitas terbaik di Indonesia. Jika terus terjadi hal seperti ini, nama baik UI akan tercoreng. Kami mendesak UI untuk bertindak tegas demi menjaga kualitas dan integritas akademik," pungkas Deolipa.
Persoalan ini kini tengah diselidiki oleh Majelis Wali Amanat (MWA) UI melalui proses kode etik. Para alumni berharap hasil investigasi ini mampu memberikan kejelasan dan solusi atas dugaan kolusi yang mencoreng nama baik kampus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H