Dalam peringatan Hari Ulang Tahun Bhayangkara yang ke-78, sebuah kejutan menarik mencuri perhatian para hadirin. Dr. Yanto, SH, MH, seorang Hakim Agung di Mahkamah Agung Republik Indonesia, menampilkan bakatnya sebagai dalang dalam sebuah pertunjukan wayang kulit. Acara yang berlangsung meriah ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Kapolri, Ketua Mahkamah Agung, dan Panglima TNI.
Dr. Yanto tidak hanya dikenal sebagai hakim yang berdedikasi, tetapi juga sebagai seorang akademisi yang telah membimbing banyak mahasiswa doktoral, termasuk Dr. Djonggi M Panggabean Simorangkir, SH, MH. Dr. Djonggi, seorang advokat senior yang juga dikenal luas dalam dunia hukum, mendapatkan dukungan penuh dari Dr. Yanto selama masa studinya. Prof. Komariah sebagai promotor utama dan Prof. Teguh Prasetyo sebagai Co Promotor 1 juga memainkan peran penting dalam perjalanan akademik Dr. Djonggi.
"Sebagai Co Promotor 2 saat saya meraih gelar doktoral, Dr. Yanto telah menunjukkan integritas dan komitmen yang tinggi dalam mendukung saya," tambah Dr. Djonggi.
Dr. Yanto, yang dikenal dengan integritas dan keahliannya dalam bidang hukum, memiliki sisi lain yang jarang diketahui publik. Kecintaannya pada seni tradisional wayang kulit telah ia kembangkan sejak muda. Menurut rekan-rekannya, Dr. Yanto sering menghabiskan waktu luangnya untuk belajar dan mendalami seni pewayangan, sebuah warisan budaya yang sarat makna dan nilai-nilai kehidupan.
Dalam penampilannya sebagai dalang, Dr. Yanto berhasil menyampaikan pesan-pesan moral dan kebijaksanaan melalui karakter-karakter wayang yang dimainkan. Para hadirin, termasuk tokoh-tokoh penting negara, terpukau oleh kemampuan Dr. Yanto dalam menghidupkan cerita dengan ekspresi dan suara yang khas.
"Hal ini menunjukkan bahwa seorang hakim agung pun dapat memiliki sisi humanis yang memperkaya kehidupannya dan membawa dampak positif bagi masyarakat," tegas Dr. Djonggi.
Dengan penampilan Dr. Yanto sebagai dalang, acara HUT Bhayangkara kali ini tidak hanya menjadi perayaan kebanggaan institusi kepolisian, tetapi juga menjadi momen refleksi bagi semua yang hadir akan pentingnya melestarikan seni budaya tradisional Indonesia. Pertunjukan ini memberikan pesan kuat tentang bagaimana seni dan hukum dapat berjalan beriringan, saling melengkapi dan memperkaya kehidupan. HORAS, Pak Dr. Yanto!