Jakarta, Pakar hukum Dony Endrassanto menyampaikan kritik tajam terhadap program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang dianggap bukan solusi efektif dan justru menambah beban bagi masyarakat. Dalam wawancaranya, Dony menyoroti aspek ekonomi masyarakat saat ini, dengan menekankan bahwa program Tapera tidak sesuai dengan kondisi perekonomian yang ada. Ia menjelaskan bahwa jika perekonomian rakyat dalam keadaan baik, mungkin program ini bisa dianggap sebagai solusi, namun dalam kondisi sekarang, justru akan menambah beban yang berat.
Dony memberikan contoh pengalaman masa lalu dengan program serupa, yaitu Tabungan Perumahan (Taperum) untuk ASN, di mana banyak pekerja yang setelah puluhan tahun bekerja hanya mendapatkan sedikit hasil yang tidak sebanding dengan tabungan yang mereka kumpulkan. "Mereka 35-38 tahun kerja, tapi hasilnya setelah mereka pensiun paling dapat 25-35 juta. Nah, ini kan bukan tujuan utama," ujar Dony. Ia menekankan bahwa tabungan perumahan seharusnya bisa memberikan manfaat nyata bagi pekerja, seperti uang untuk membeli rumah saat pensiun, namun kenyataannya seringkali tidak demikian.
Dony juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kewajiban iuran yang dikenakan kepada seluruh pekerja, baik ASN maupun swasta. Ia mencontohkan bahwa pemotongan iuran 2,5% dari gaji UMR yang sudah rendah, seperti di banyak daerah di Jawa Barat yang hanya sekitar 3 juta, akan sangat memberatkan kehidupan sehari-hari pekerja. "Tentunya kan akan berkurang mereka hidupnya, hari-hari aja sudah berkurang. Nah, bagaimana harus ada potongan Tapera lagi," jelasnya.
Lebih lanjut, Dony meminta pemerintah untuk mengkaji ulang program Tapera ini, belajar dari pengalaman sebelumnya dengan program serupa. Ia menegaskan bahwa pemerintah harus lebih transparan dan menjelaskan secara rinci bagaimana program ini akan dijalankan dan bagaimana keuntungan bagi pekerja akan terwujud. "Pemerintah bersama DPR harus mengimplementasikan gimana sih program Tapera ini sebenarnya," kata Dony. Menurutnya, tabungan seharusnya memberikan keuntungan dan bukan malah berkurang seiring waktu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI