Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sedikit tentang Sapardi Djoko Damono

7 Agustus 2020   05:36 Diperbarui: 7 Agustus 2020   05:41 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SUMBER GAMBAR: PINTEREST.COM/DEWAVECTOR

______________

pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri

pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya kucari

(Sapardi Djoko Damono)

***

Sampai beberapa waktu setelah obituari ini sepi. Saya justru mengingatkan akan kehilangan itu lagi.

Sebenarnya lucu, saat seseorang mengaku kehilangan, kehilangan akan orang yang bahkan belum pernah dikenalnya, atau belum pernah ditemuinya. Dan beberapa dari mereka yang belum pernah membaca karya eyang Sapardi juga merasa kehilangan. Mereka hanya tahu kalau eyang Sapardi Djoko Damono itu punya karya ini dan itu. Tapi enggan membacanya kecuali barang satu atau dua puisi saja.

Juga akan menjadi lucu saat kita mengaku kehilangan eyang Sapardi, tapi tak mengenali ciri khas tulisan beliau. Tak bisa membedakan saat kita ditutup matanya. Lalu ada seseorang membacakan sebuah puisi.

Apakah ini khas tulisan eyang Sapardi? Apakah ini terasa seperti bau puisi Rendra? Atau Sitor Situmorang? Mungkin ini mirip dengan yang ada dalam puisi-puisi Amir Hamzah. Tebakan kita selalu meleset. Dan kita masih mengaku kehilangan? Jangan-jangan sekedar euforia dan ikut-ikutan. Sebagai bentuk rasa kemanusiaan, namun tak benar-benar diucapkan tulus dari hati.

Apakah kita pernah mengalami kehilangan yang sejenis itu? Di setiap hari kita kehilangan tetangga, namun bagi sebagian orang, mungkin sekedar menyumbangkan air mata barang setetes saja juga tidak terpikirkan. Orang bersimpati sejenak, lalu setelah lewat beberapa hari semua kembali seperti semula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun