Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Joko Pinurbo, Puisi, dan Proses Kreatifnya

27 Juli 2020   05:46 Diperbarui: 27 Juli 2020   05:58 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
flickr.com via idntimes

Suatu hari, kawan saya mengirimi saya sajak Joko Pinurbo. Puisi berjudul Ranjang Ibu. Puisi itu bagi kawan saya menyimpan makna yang dalam. Estetika apa yang dapat dicerna oleh kawan saya, dan tidak mampu saya pahami. Saya tidak menikmati puisi itu, sebab metafora yang disampaikan membuat saya ngilu.

Tapi puisi-puisi Joko Pinurbo selalu indah. Mereka yang suka bermain kata-kata pastinya akrab dengan karya-karyanya. Jokpin mungkin mewakili keinginan generasi muda. Atau setidaknya mereka yang tak sempat menikmati masa-masa kejayaan Chairil Anwar dan Asrul Sani. Atau bahkan tulisan-tulisan almarhum Sapardi.

Hari ini kita memiliki sajak-sajak Joko Pinurbo dan Aan Mansyur. Yang biasa dibaca didepan teater dan pentas. Atau sekedar dinikmati sendiri di atas buku dan kertas.

Dan Joko Pinurbo sudah menulis novel Srimenanti. Saya belum pernah membaca itu, tapi mungkin akan ada banyak puisi disana. Atau prosa. Atau kata-kata yang anggun dan apalah istilahnya...

***
Dan bagaimana Joko Pinurbo menulis puisinya? Pernahkah membaca sajak "Langkah-langkah Menulis Puisi" dalam Buku Latihan Tidur?

"Langkah keenam:
Duduklah dengan tenang di atas batu
yang kelak akan jadi batu nisanmu
sambil membaca Pramoedya:
'Hidup sungguh sangat sederhana.
Yang hebat-hebat hanya tafsirannya.'
Langkah ketujuh dan seterusnya:
Abrakadabra."

Dan kebanyakan puisi Joko Pinurbo (mungkin) mengisahkan peristiwa sehari-hari. Entahlah, saya belum pernah baca semua puisinya. Seperti kebanyakan penyair, mengisahkan kejadian sehari-hari adalah hal yang paling mudah, namun menantang.

Sebab kita jadi diajak mendeskripsikan kehidupan yang biasanya kita saksikan, yang biasanya orang lain saksikan, sehingga menjadi luar biasa. Menggali hal luar biasa dibalik perkara sederhana yang selalu dilewatkan oleh orang-orang.

Joko Pinurbo mungkin orang yang biasa menyiratkan ide dengan parodi. Dan sepertinya bukan sekedar sindiran, ironi, atau humor gelap. Sebab puisinya tentu juga mengandung refleksi. Dan pernah ada yang mengandung umpatan juga.

***

Beberapa puisi-puisinya mungkin lahir dibawah sebuah pohon sawo kecik yang tumbuh didepan kantornya. Merenung dibawah sejuk hijau pepohonan, sembari mengerami "benih-benih" puisi untuk dituliskan. Dia juga biasa menggali ide di sudut ruang tamu rumahnya. "Dan permenungan akan menjadi lebih indah bila ditemani kopi dan rokok", katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun