Nama
Di atap rumah ada nama,
Namamu terang,
Dalam gulita yang lekas menjadi pagi,
Namamu tetap terang,
Juga di sebuah ujung jalan persimpangan,
Namamu menggantikan cahaya lampu jalanan...
Serta jejak langkah yang menjadi tanggal,
Atau air mata yang meninggalkan pelupuk dan peraduannya,
Namamu terang...
Sampai orang berhenti mengeja,
Dan anak kecil berhenti menghitung,
Namamu mengendap dalam relung,
Dalam biji yang bertunas menjadi buah,
Menjadi pepohonan...
Aku hanya sedang belajar,
Mengingat namamu dalam setiap musim,
Hingga saat tinggal di negeri bersalju,
Tak kesepian sebab ada terang namamu,
Dalam telapak tanganku yang menggigil...
Namamu yang meresap,
Menjadi bisikan rahasia antara kita...
Apakah jam dinding masih berguna?
***
Wonosobo, 24 Juli 2020 M.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H