ENIGMA, ALAN TURING, THE IMITATION GAME, DAN ORANG-ORANG BERBEDA YANG MENGUBAH DUNIA
______________
Ada film yang menarik untuk ditonton lebih dari satu kali. Pertama kali sekedar untuk memahami garis besar ceritanya. Untuk kedua kali dengan tujuan mengagumi detilnya. Untuk ketiga kali bisa dalam rangka menggali filosofinya. Keempat kali mungkin saat kita ingin menemukan cara yang tepat sebelum mengkritik alur kisahnya. Kalau lima kali dan masih penasaran juga, mungkin anda adalah penggemar fanatik.
Maka, banyak film yang butuh lebih dari sekali untuk dinikmati. Bila ingin benar-benar menemukan nilai lain dari sebuah hiburan, estetika, atau sekedar cuma tontonan yang kemudian akan dilupakan begitu saja.
Semoga akhirnya jadi bukan termasuk orang yang benci matematika jika pernah sampai berkali-kali nonton film ini, tapi gak juga mengerti apa maksudnya. Semacam trauma atau kapok nonton film, yang berakibat fatal jadi alergi kepada hal lain yang jadi pembahasan dalam film tersebut.
Ada anekdot tentang film Baa Baa Land (bukan La La Land). Sebuah film "membosankan" berdurasi delapan jam. Yang jalan ceritanya hanya berisi adegan gerak lambat dari domba-domba di tanah lapang. Gambar dalam film itu diambil di Essex, Inggris. Siapa yang mau menonton domba melompat-lompat selama delapan jam?
Ternyata ada saja yang menonton. Namun, sepulang dari bioskop, katanya ada seorang penonton yang alih-alih terhibur, justru dia tambah sumpek dengan segala macam hal yang berbau domba. Hingga ingin rasanya menghabiskan banyak porsi daging domba sebagai wujud "balas dendam".
***
Saya gak mau mengubah tulisan ini menjadi rumit. Sederhana saja. Terlepas dari fakta sejarah bahwa perjalanan mesin Enigma, sang biang keladi dari hampir semua masalah dalam film ini sungguh panjang.
Bolehkan saya merekam sedikit jejak tentang Enigma? Bukan berarti saya tahu. Tapi dalam rangka copy-paste saja. Saya bukanlah ahli sejarah. Tapi setidaknya bisa meraba-raba mana yang akurat dari fakta-fakta yang pernah saya baca dalam perspektif saya (walaupun menurut pemahaman dan naluri yang terbatas).
Iya kalau minimal pernah pegang mesin Enigma. Saya akan lebih bersemangat dalam menulis ini. Tapi membayangkan bagaimana bentuknya saja masih mengawang. Baru konon katanya...