ANDAIKAN GAGASAN YANG BAIK TIDAK DIKEMAS DENGAN CARA YANG MENARIK
_________
Surat buat Zainuddin Elyas.
***
Seorang sahabat mengeluhkan tulisan saya yang selalu terlihat bertele-tele. Panjang lebar dan selalu semaunya sendiri. Maka ada anekdot, andaikan mau menulis sebuah cerpen, kadang tak sengaja cerpen itu malah jadi sebuah novel. Tapi tentu saja itu hanya candaan semata...Â
Bahkan saya tak lebih baik dari dia sebenarnya. Egoisme saya ingin mengatakan "dalam beberapa hal saja". Tapi akal sehat saya mengatakan sebaliknya. Berdalih bahwa yang seharusnya dikejar adalah kualitas. Bukan kuantitas. Maka sahabat saya sudah lebih dulu menyentuh garis akhir.
Nafsu saya yang masih mau duduk manis di atas angin. Tapi entahlah, ini bukan masalah saya atau dia yang sampai lebih dulu. Tapi ini masalah saling melengkapi sebenarnya. Mengisi dunia dengan kebaikan.
Maunya saya sok baik kepadanya dengan mengalah. Bilang kalau dia adalah sahabat terbaik. Selain juga rival yang gak terkalahkan dalam apa saja. Dia seperti selalu mendahului saya.
Tapi kalimat itu meski terdengar menyejukkan, namun bikin hati kelu. Karena gak sepenuhnya saya tulus mengatakan itu. Memang saya masih labil. Burung yang baru belajar terbang.
Omong kosong apa ini? Seolah saya sudah menerbitkan berpuluh-puluh judul buku.
***