Membaca sejarah itu susah-susah gampang. Beda sekali saat misalnya mengkaji diskursus fikih. Dalam konsep fikih, khazanah antar madzhab amat menjunjung tinggi perbedaan. Ada kalimat yang dipatuhi dalam bab fikih, bahwa setiap pendapat mujtahid adalah benar. Khilafiyah adalah sebuah rahmat.
Tapi tidak dalam masalah sejarah. Dalam sejarah hanya ada satu kebenaran mutlak. Para penutur sejarah hanya menyajikan kesaksian kepada kita yang tidak langsung melihat. Versi yang kian banyak akan makin membingungkan.
Pastinya ada diantara sekian versi yang didokumentasikan adalah yang paling mendekati akurat. Dan bagaimana kita bisa tahu? Wong kita sendiri tidak menyaksikan langsung kenyataannya.
Lucu juga saat melihat bahwa banyak dokumentasi sejarah justru dikodifikasikan oleh mereka yang tidak menyaksikan peristiwanya langsung. Ya mau bagaimana lagi? Ahli sejarah gak mungkin menyaksikan langsung segalanya. Mereka biasanya mengumpulkan cerita yang berserak lewat tutur masyarakat. Makanya kadang penggambaran tidak benar-benar akurat. Atau entahlah...
Kadang lucu juga saat melihat film kolosal. Yang bertema sejarah. Film perang itu pasti heboh dan sarat akan aksi menegangkan, dengan para prajurit pemberani. Tembakan yang gak pernah meleset. Seolah gak ada peluru atau panah yang disia-siakan.
Benarkah begitu?
Saya kadang tertawa geli dengan adegan yang terlalu didramatisir tersebut. Katanya sih penggambaran dalam film itu ya berlebihan. Yang demikian itu justru sangat langka. Gak semua prajurit itu disiplin.
Tanpa mengurangi rasa hormat, mereka juga sayang dengan nyawa. Artinya akan sebisa mungkin mencari aman. Bahkan kadang saat beberapa barisan mulai kolaps, akan mempengaruhi mental pasukan lain. Kalau sudah ada yang lari dari medan perang, kadang berbondong-bondong orang akan mengikuti melarikan diri.
Perang di masa lalu gak seheroik dan segagah seperti dalam film.
Sudahlah basa-basinya.
Kemarin buka-buka iPusnas dan gak sengaja menemukan buku yang bagus. Karya almarhum Prof. Boechari. Buku beliau, melacak sejarah Indonesia melalui prasasti.