Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Bucket List", Film yang Mempertanyakan Kebahagiaan

20 April 2020   05:54 Diperbarui: 20 April 2020   05:57 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bucket list adalah "kegilaan" dua sahabat baru yang dipertemukan dalam nasib. Morgan Freeman dan Jack Nicholson. Yah, siapa bilang jadi orang kaya itu sepenuhnya enak? Film ini mencoba untuk menertawakan hal itu.

Saat seorang miliarder hanya memiliki uang, dan kematian sudah ada di depan matanya. Ini kisah tentang persahabatan orang kaya yang tidak punya siapa-siapa, dengan seorang montir kutu buku. Saya senang karena juga ada kopi luwak Sumatra yang ikut nimbrung di film ini.

Uang tak lagi bisa menyelamatkan hidup si kaya. Maka bersama kawan sekamar di rumah sakitnya, dia memilih untuk menikmati hidup selagi bisa. Dengan menyusun sebuah "bucket list". Daftar hal yang ingin dilakukan sebelum mati.

Beberapa keinginan terdengar tidak masuk akal. Hal-hal sederhana seperti melakukan sky diving, membuat tato baru, mengunjungi Taj Mahal, melihat Piramida, pergi ke Himalaya, berwisata ke tembok China, mencium wanita paling cantik di dunia, bahkan mengendarai mobil sport dalam sirkuit. Mereka berdua melakukan itu bersama-sama.

Film ini sebenarnya penuh dark joke. Penuh satire. Dan sarat akan bahan tertawaan yang bagi banyak orang merupakan impian. Satu kata pujian, ini film yang berkesan dan penuh simbolisme.

Ngomong-ngomong, dua sahabat baru ini sebenarnya banyak kemiripan. Mirip bukan secara harfiah. Pada kenyataannya, dua sahabat ini adalah langit dan bumi. Morgan Freeman adalah kebalikan seutuhnya dari Jack Nicholson. Tapi kesamaan kecil itulah yang mungkin menyatukan keduanya. Selera humor mereka itu loh...

Jadi, orang kaya yang punya uang miliaran dolar memiliki "keheningan" dan kesepian. Mobil atau segala kemewahan tak akan berarti apa-apa. Gemerlap itu sebenarnya punya nilai yang tak ada bedanya dengan ayunan yang dimainkan oleh anak kecil di pedesaan.

Meskipun mereka makan dengan investor, dan presiden Amerika meminta nasihat kepada mereka, kehidupan yang sebenarnya adalah tentang apa yang kita miliki. Uang itu hanya lewat dan tak mengubah apapun kecuali "sedikit".

Di menit-menit akhir, akan ada kehidupan yang kontras. Tapi garis besarnya sama. Tidur di ranjang yang nyaman kadang tak selalu bisa membuatmu terlelap. Bisa membeli apapun, bukan berarti bisa memiliki apa saja. Selalu ada hal yang tak bisa dimiliki seseorang, meskipun dia bisa mendapatkan segalanya.

Dua orang sahabat ini saling menyadarkan diri, tentang membuka mata untuk menikmati saat-saat terakhir yang seharusnya dilakukan menurut mereka, jika orang sudah tak punya banyak waktu lagi. Bukan masalah apa dan bagaimana, tapi ini adalah tentang menerima hal kecil yang sudah ada dalam genggaman.

Salah satu quote yang membekas untuk saya dalam film ini adalah pertanyaan sederhana Morgan Freeman, "Have you found joy in your life? And have your life brought joy to others?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun