Mohon tunggu...
Devita Putri Viramanti
Devita Putri Viramanti Mohon Tunggu... Jurnalis - Bismillah, Insya Allah siap untuk kembali menulis

Psychology for Human

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Keringat Tanpa Batas

9 Desember 2015   06:24 Diperbarui: 9 Desember 2015   07:56 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Assalamuallaikum Mak...... Mak Raka tidak tau lagi kata apa yang pantas Raka ucapkan untuk mengobati rasa sakit hati Emak selama ini. Rasanya maaf dan terima kasih bukanlah kata yang tepat lagi untuk menebus semua kesalahan dan membalas keringat tanpa batas yang telah kau cucurkan. Mak.... Tiga tahun semenjak ditinggal bapak, pasti engkau sangat heran mengapa putra semata wayangmu ini sangat berubah. Maafkan Raka Mak, banyak sekali kebohongan yang telah Raka lakukan. Jika aku jujur bahwa selama ini uang yang Emak berikan itu  kutabung untuk kebutuhan Emak nanti, mungkin Emak akan menolaknya dan lebih mengutamakanku. Jika selama ini aku jujur bahwa setiap hari pulang larut malam karena bekerja di toko untuk menambah uang tabungan Emak, mungkin Emak tidak menyukainya dan sudah melarangku melakukannya. Taukah Mak.... Malam itu Raka menangis bukan karena Emak tidak bisa memberikan uang, tetapi Raka menangis kecewa pada diri Raka sendiri karena tidak bisa berbuat apa – apa ketika harus melihat kaki Emaknya bengkak seperti itu.  Raka juga jarang sarapan masakan Emak, itu karena Raka ingin Emak yang memakannya ketika lapar pulang dari memulung. Selama ini Raka telah berbohong tentang nilai Raka. Meskipun Raka harus bekerja seusai sekolah, tapi tenanglah Mak.... Raka juga tetap belajar. Itu semua Raka lakukan agar Raka bisa mendapatkan beasiswa di Singapura. Raka tidak ingin menghabiskan keringatmu Mak.... Tapi Raka sangat heran, mengapa keringat Emak tak terbatas? Mengapa kata lelah tak terucap sedikitpun dari mulut Emak? Mengapa rasa kecewa terhadapku tidak pernah Emak lontarkan?

Sungguh hari ini adalah hari yang berat bagiku Mak.... Raka harus membuat kebohongan yang sangat besar. Hari ini adalah wisuda Raka. Raka harus marah dan kecewa kepada Emak. Tapi Mak.... Sedikitpun itu tidak ada di hati Raka ... Saat itu Raka menangis bukan karena Raka kecewa kepada Emak, namun menangis karena tidak kuasa mengatakan kalimat itu di depan Emak dan teman – teman Raka. Ingin sekali rasanya Raka memeluk dan merangkul Emak ke dalam sekolah, tetapi Raka terpaksa melakukannya karena Raka sadar bahwa itulah satu – satunya cara yang harus Raka lakukan agar bisa pergi ke Singapura, agar Emak tidak susah – susah memulung memenuhi kebutuhan kuliah Raka. Jika Raka dipaksa untuk mengatakan kebohongan ini semua kepada Emak, mungkin Emak tetap keras kepala dan itu sama saja Raka telah merampas semua keringat dan hari tua Emak.

Maafkan Raka harus pamit dengan cara seperti ini. Raka tidak bisa di sisi Emak tetapi Raka berjanji bahwa setiap hari akan menanyakan kabar Emak lewat Mbak Siti. Tiga tahun kemudian, Raka akan mengobati dan merawat Emak ketika Emak lelah ataupun sakit, sehingga aku tak perlu lagi meminta bantuan Mbak Siti untuk membawa Emak berobat ke puskesmas menggunakan uang ini. Taukah Mak.... Ini semua Raka lakukan untuk memutar nasib kita. Sungguh aku tak rela jika Emak harus terus mengeluarkan keringat. Meskipun itu tak terbatas, setidaknya simpanlah keringat itu demi anakmu Raka.” kata Mbak Siti dengan linangan air mata membacakan surat itu.

Sekitar beberapa jam kemudian  datanglah pemuda tampan berjas putih dengan berkalungkan stetoskop langsung berangkul Emaknya dengan penuh rasa kerinduan dan penuh tangisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun