Mohon tunggu...
Kampung Dongeng
Kampung Dongeng Mohon Tunggu... -

Wisata Imajinasi Anak Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendongeng Kak Awam - Mendongeng, Bisa Karena Biasa

16 Desember 2012   15:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:32 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendidik anak merupakan proses yang tidak mengenal kata selesai. Tidak ada teori Parenting manapun yang bisa seperti sulap atau kelas perkuliahan, sekian tahun selesai. Salah satu teknik ampuh komunikasi persuasif yang disukai juga diterima nalar anak-anak adalah dengan bercerita atau mendongeng.

Menurut Kak Awam, pendiri Kampung Dongeng (KaDo), mendongeng merupakan metode yang disampaikan secara bertutur, menceriterakan kejadian sekitar dengan gaya bahasa anak-anak (termasuk aspek tekhnis suara) agar mudah dicerna oleh anak. Selain itu, unsur yang sangat penting dalam mendongeng yaitu mengandung pesan kebaikan bagi anak.

Kak Awam dengan KaDo-nya telah berkeliling Indonesia dan mensuarakan pentingnya mendongeng dalam mendidik si buah hati. Seperti apa gagasan Kampung Dongeng itu dan bagaimana cerita Kak Awam dengan KaDo-nya?

Bagaimana Kak Awam melihat dongeng sebagai bagian dari kehidupan?
Kita semua sangat memahami bahwa telah banyak terjadi pergeseran nilai-nilai Aqidah. Banyak ketimpangan sosial dan lain sebagainya yang mewarnai kehidupan ini. Sejalan dengan itu, kita perlu menyiapkan anak-anak kita untuk 20 tahun ke depan agar mereka dapat menjadi insan yang bermartabat dan berbudi pekerti yang baik serta tangguh. Anak-anak bukanlah miniaturnya orang dewasa. Tidak bisa kita menasehati dengan cara orang tua. Jadi media cerita adalah media yang sangat ampuh utk menyampaikan pesan tanpa menggurui. Dan bagi saya, inilah bentuk da’wah dan bukan main-main hanya sebagai bentuk profesi mencari profit dan popularitas semata.

Sejak kapan Kak Awam tertarik dengan dongeng?
Saat masih kuliah dulu, saya bergabung dengan sanggar Kummis di Kampus STIE Ahmad Dahlan Jakarta, kira-kira tahun 1992-an. Dunia seni peran di kampus itu kemudian membawa saya untuk mendirikan sanggar drama anak-anak. Hingga tahun 1996 saya harus menghentikan kegiatan melatih drama di sanggar-sanggar yang saya buat karena harus bekerja di salah satu Bank Swasta Nasional.

Beruntung ada kriris moneter tahun 1998, karena saya termasuk yang kena dampak PHK, he he he. Lalu saya tidak lagi berminat untuk bekerja kantoran dan memilih untuk mengikuti jejak kakak saya untuk bekerja lepas di bidang IT Komputer. Sejalan dengan pekerjaan yang tidak menetap, saya kembali lagi mengajar drama anak-anak di sekolah TK dan mengikuti berbagai lomba seni peran dan mendongeng. Sayapun memulai tekhnik baru, seringkali saya mendongeng dulu sebelum berlatih drama.

Dari situ tumbuh kesadaran bahwa mendongeng adalah satu metode yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Dan saya mulai mengerti banyak tentang dunia dongeng setelah melihat beberapa penampilan pendongeng- pendongeng senior, baik tampil secara Live maupun di Televisi. Kemudian muncul ketertarikan saya untuk menjadikan Dongeng sebagai kegiatan utama saya. Saya terus berkeliling menawarkan diri untuk mendongeng di berbagai sekolah TK dan TPQ.

Apa motivasi mendirikan Kampung Dongeng?
Kampung Dongeng saya dirikan karena keprihatinan terhadap seni tutur yang membawa manfaat ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Baik itu orang tua untuk anaknya, juga guru untuk muridnya. Bayangan saya ketika itu apabila Kampung Dongeng ada di setiap kampung, tentu anak-anak akan mudah berkumpul untuk mendapatkan pesan mulia dan bermakna sebagai bekal pembangunan karakter dan kreatifitasnya. Berbekal pengalaman berkeliling, baik di sekolah TK dan TPQ serta pengalaman pendampingan anak-anak di tempat-tempat pengungsian bencana, konflik dan sebagainya, akhirnya tanggal 18 Mei 2009 saya resmikan Kampung Dongeng di rumah saya.

Ketika itu rumah kontrakan saya kecil, hanya mampu mengumpulkan sekitar 50 anak. Tapi kian hari kian meningkat, sampai akhirnya saya harus pindahkan di sebuah rumah war ga yang halamannya cukup luas. Sambil saya terus menambah tabungan agar bisa membeli tanah untuk saya bangun Kampung Dongeng untuk menampung lebih banyak anak-anak dan lebih leluasa karena tempat sendiri.

Bagaimana Kampung Dongeng yang ada di daerah-daerah?

Sejalan dengan persiapan saya membangun tempat sendiri, banyak sahabat dari berbagai daerah menawarkan diri untuk membuat Kampung Dongeng di daerahnya masing-masing (Kota dan Kabupaten). Saya yakin, dengan berdirinya KaDo di Kota dan Kabupaten, perlahan akan mudah menyebar ke tingkat Kecamatan, hingga ke kampung-kampung. Dan bukan tidak mungkin, cita-cita saya untuk mempersembahkan 1,000 Kampung Dongeng di Indonesia akan terwujud sebelum akhir hayat saya. InsyAllah. (Awan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun