Mohon tunggu...
Kampret Klik
Kampret Klik Mohon Tunggu... -

tempat bermain kami, eh salah, tempat bermain kita :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Weekly Photography Challenge 29 : Memotret Gesture

7 Desember 2012   18:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:02 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salam jepret, Kompasianer!

Pernah memperhatikan polah orang begitu kaku bila sedang berhadapan dengan kamera? Berdiri tegap, tangan disamping, tanpa senyum. Seperti foto yang menempel di lembar KTP atau surat lainnya. Masih untung bila tidak ditambah dengan keringat bercucuran. Bisa-bisa seperti orang yang hendak dieksekusi mati atau kaget melihat hantu di siang bolong.

Kemudian apakah momen seperti itu tidak layak jadi obyek rekaman kamera kita? Jawabnya tetap sangat layak. Gesture atau pose apapun berhak tampil dan mewarnai karya-karya fotografi kita. Sebab ia adalah satu jenis komunikasi non verbal yang bisa dapat dinikmati di lembaran foto. Apapun gaya obyek kita, menyiratkan apa yang hendak mereka komunikasikan kepada siapa saja yang nanti melihat jejak peristiwa tersebut.

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Courtesy : Widianto H Didiet (Kampret FB)"][/caption]

Sebenarnya memotret gesture sederhananya adalah merekam apapun gerakan yang dilakukan oleh subyek yang sedang difoto. Baik itu manusia atau non human. Sebab merekam apa yang dikatakan oleh obyek merupakan hal yang belum bisa dilakukan saat ini dalam dunia fotografi (kecuali mereka membawa karton dengan tulisan untuk diperlihatkan tentunya), maka bahasa gerak tubuh ini yang mewakili apa yang jadi pesan obyek untuk kemudian diinterpretasi oleh yang melihat fotonya.

Memotret gesture ini sendiri dapat dicapai dengan dua cara; candid, dan set-up (pemotretan terencana). Candid sendiri lebih kepada bagaimana obyek “muncul” di mata pemotret,datang dengan tiba-tiba, dan berlalu kadang begitu cepat tanpa kita sempat merekamnya. Tipsnya adalah bagaimana memelihara perhatian kita terhadap gerakan-gerakan yang mungkin muncul dan kemudian mengantisipasinya. Beberapa keunggulannya adalah obyek leluasa bergerak secara luwes dan memunculkan banyak kemungkinan gesture yang direkam.

[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Courtesy : Mira Aqilah (Kampret FB)"][/caption]

Sementara memotret gesture dalam sebuah sesi pemotretan yang terencana lebih memiliki keleluasaan waktu dan aspek-aspek fotografi. Tapi bukan tanpa kelemahan. Yang sering kita dapati dalam sesi pemotretan adalah obyek yang “demam kamera” dan sulit untuk diatur. Lain cerita apabila yang jadi obyek adalah foto model yang sudah terbiasa badannya dijilati oleh lampu flash. Yang parah ya seperti yang ditulis di paragraf pertama, gaya KTP.

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Courtesy : Masgareng Sucipto (Kampret FB)"][/caption]

Ada beberapa tips yang bisa membantu agar sebuah photo session tanpa model pro menjadi lancar dan menyenangkan. Yang pertama dan paling penting adalah membangun mood. Sambut misalnya obyek (orang) yang datang selayaknya sudah akrab dan lama kenal untuk menghilangkan kecanggungan. Ajak ngobrol terlebih dahulu, tidak perlu terburu-buru untuk segera memulai sesi pemotretan. Lakukan “aklimatisasi mental” dengan memperlihatkan peralatan2 yang akan dipakai nanti. Lakukan semua dengan santai dan ramah.

[caption id="" align="aligncenter" width="616" caption="Courtesy : Tri Lokon (Kampret FB)"][/caption]

Lalu yang berikutnya adalah mengurangi kesertaan banyak orang secukupnya. Orang yang tidak terbiasa kan risih bila dalam sebuah sesi pemotretan “ditonton” banyak orang. Mood yang sudah dibangun di awal pertemuan bisa buyar kembali dan obyek menjadi tidak cukup fokus menjalankan rancangan pose atau gesture yang sudah direncanakan sebelumnya.

Itu sedikit tips untuk memulai Weekly Photography Challenge kali ini. Terserah mau memakai ala candid ataupun sesi foto terencana. Untuk candid, buka mata lebar-lebar dan bawa kamera kemana saja kita pergi agar ketika bertemu dengan obyek foto yang menarik, kita langsung bisa mengabadikannya dalam foto. Atau jika tidak ingin mengganggu privasi orang lain dengan mengambil foto diam-diam, dianjurkan untuk meminta kesediaan anggota keluarga atau teman-teman dekat untuk berpose untuk mendapatkan foto yang diinginkan.  Alternatif lain, candid anggota keluarga atau teman-teman dekat agar mendapatkan gesture yang alami dan tidak kaku.

Jangan lupa titipkan tautan (link) tulisan Anda pada kolom komentar dibawahjika Anda berpartisipasi dalam kegiatan Weekly Photo Challenge yang ke-29 ini. Dan jangan pula lupa untuk menautkan tautan tulisan ini ke artikel Anda agar memudahkan teman-teman lain yang ingin berpartisipasi atau membaca karya-karya yang lain.

Postingan yang terpilih sebagai yang terbaik untuk WPC 28 : Keseimbangan Dalam Komposisi adalah POSTINGAN INI. Selamat untuk yang terpilih!

  1. Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anak
  2. Berbagai Gesture Dalam Budaya
  3. Kakunya Kaum Laki-laki (WPC 29)
  4. Petruk Jadi Raja dan Lesmana Krama
  5. WPC 29 : Memotret Gesture
  6. Candid di Kota Tua
  7. Ternyata Wanita Kadang Juga Aneh
  8. Mata Melotot Muka Garang, Ciri Khas Tari Kabasaran
  9. Koleksi Gestur Dari Tahun ke Tahun
  10. Satu Lagi Perbedaan
  11. Saat Nugie Membuai Dengan Lentera Jiwa
  12. Arti Gestur Jari Tangan
  13. Wajah Mereka Senyum Kita
  14. Ini Gayaku Mana Gayamu
  15. Ketika Anak Perempuan Diijinkan Berlatih Bola Dengan Anak  Laki-laki
  16. Kendala Dalam Pelestarian Reog
  17. Dongane Para Tuwa
  18. Alternatif Pelestarian Seni Budaya Wayang di Era Global
  19. Mari Belajar Memotret Model
  20. Gestur Narsis Para Kompasianer di Kompasianival
  21. WPC 29 Melihat Bahasa Tubuh Gesture Dalam Pertunjukan Seni
  22. Gesture Dalam Candid
  23. WPC 29 Gion Corner Show: Pertunjukan Teater Yang Mengandalkan Gesture
  24. Inilah Gaya Para Ayah Gendong Bayi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun