Hal yang menyenangkan bagi saya adalah ketika harus mencetak hasil karya ataupun tugas kantor selebar kertas A3 atau lebih pada tempat digital printing yang terletak 2 block dari kantor, sebelum mencapai tempat cetak tersebut saya harus melewati lorong panjang pada Setiabudi Buliding Dua. Menyenangkan karena pada kiri dan kanan sepanjang lorong pada lantai dasar itu adalah restoran, bau harum makanan dan minuman kadang menyeruak keluar ketika pengunjung yang datang ataupun keluar membuka pintu. Jujur selama hampir sepuluh tahun bertempat tinggal di belakang Rumah Sakit Mata Aini, belum pernah sekalipun saya mampir disalah satu restoran itu, kecuali toko roti yang di discount selepas jam delapan malam, dan warung kopi di ujungnya.
Lantas apa yang membuat restoran-restoran itu selalu penuh saat jam makan siang ataupun selepas jam kerja sambil menunggu macet "mencair" di jalan Rasuna Said. Saya rasa ada dua jawaban, yang pertama adalah viral atau radio dengkul istilah lokalnya, yang kedua adalah album-album menu yang di letakkan pada depan pintu masuk, atau di pegang oleh pramusaji yang cantik-cantik dan manis-manis sambil berkata "silahkan!"
[caption id="" align="aligncenter" width="336" caption="Food Photography, by om Didiet"][/caption]
[caption id="" align="aligncenter" width="336" caption="Food Photography, by om Didiet"][/caption]
Sekilas album-album menu itu saya lihat menyajikan gambar-gambar atau foto yang mewakili visual dari menu yang ada sebelum pengunjung bisa mencicipinya, tentu sebagai ujung tombak promosi visual dari menu adalah yang utama, foto yang ada harus di pilih yang terbaik. Saya lantas ingat pada kemasan mie instan yang biasa saya makan, coba perhatikan pada bungkus tersebut, gambar mie yang tentu sangat menarik selera, walaupun ada tulisan kecil "saran penyajian".
Saran penyajian, gambar makanan pada iklan dan menu pada restoran adalah termasuk dalam food photography. Salah satu cabang fotografi yang menurut kebanyakan orang adalah mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi, bukan hanya sang fotografer di tuntut untuk bisa menampilkan mood, atmosfer yang di nilai bisa membuat orang yang melihatnya tertarik, tetapi juga keterbatasan waktu, bayangkan berapa lama es bisa bertahan sebelum meleleh, atau garnish mulai layu karena makanan panas, sementara asap yang ada di tuntut ikut serta dalam foto.
Maka dari itu maka Weekly Photo Challenge atau tantangan minggu ini, adalah food photography versi anda. Seperti biasa pada akhir pekan, ambil kamera cobalah membuat sesuatu di dapur atau sehabis berjalan-jalan dengan orang-orang tercinta saat mampir mengisi perut yang keroncongan, coba visualisasikan dalam foto, kemudian sharing hasilnya dalam tulisan di Kompasiana.
[caption id="" align="aligncenter" width="288" caption="Food Photography, by om Didiet"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="294" caption="Food Photography, by om Didiet"][/caption]
Selamat berakhir pekan. Salam jepret.
Pemenang WPC 4 minggu ini, postingan ini, bila belum masuk ke Kampret silahkan bergabung untuk mengklaim hadiahnya.
Foto-foto milik om Widianto H. Didiet