Mohon tunggu...
Kamir R. Brata
Kamir R. Brata Mohon Tunggu... -

Hamba Tuhan yang ingin berbuat nyata memelihara lingkungan ciptaanNya, mulai dari kapling sendiri, insyaAllah manfaatnya terus dibagi kepada siapapun yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sahardi Priyadi Sang Perintis Lubang Biopori

12 Agustus 2010   02:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:07 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan hidup Sahardi Priyadi, 63 tahun, menikung cukup tajam dalam 10 tahun terakhir. Pria yang lebih akrab disapa Sastro ini semula berkecimpung dalam produksi film dan sinetron. Ia, antara lain, terlibat dalam pembuatan film seperti Arini, masih ada Kereta yang Akan Lewat (1987) dan Noktah Merah Perkawinan (1996).
Kini warga RT 01 RW 05, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, itu boleh dibilang seorang pelopor dalam mebangun lingkungan yang sehat di sekitar tempat tinggalnya. Kisahnya dimulai tiga tahun lalu. Saat itu Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mensosialisasi soal pembuatan lubang biopori. Dia tertarik dan mengajukan diri menjadi orang pertama di lingkungan untuk membuat lubang-lubang di atas aspal.
Membuat lubang untuk resapan air itu bukan pekerjaan enteng. Maklum, kondisi gang setapak di lingkungannya telah diaspal berkali-kali. Ketebalan aspal mencapai 30 sentimeter. Tapi tekat Sastro bulat. Ia prihatin jumlah air tanah di lingkungan tempat tinggalnya menipis. Pompa air sejumlah warga sering tak lagi berhasil menyedot air. Maka dia meminta Dinas Pekerjaan Umum mengirim alat untuk membuat lubang-lubang itu.
Ketika RT 04 RW 05 Siyono menceritakan, karena alatnya hanya satu, waktu itu warga bergantian memakainya. "Dan Pak Sastro yang nenteng alat itu ke mana-mana," kata dia.
Pekerjaan yang dimotori Sastro itu dilakukan sepulang kerja hingga larut malam. Lubang-lubang biopori digali dengan kedalaman sekitar 1 meter. Semua warga terlibat. Warga bekerja keras karena tebalnya lapisan aspal. Jarak antara satu lubang dan lubang lainnya 60-70 centimeter. "Kira-kira dibutuhkan waktu 1 hingga 1,5 jam untuk membuat satu lubang," ujar Sastro. Pelan-pelan akhirnya warga RT 04 RW 05 berhasil membuat lebih dari 1.000 lubang biopori.
Menurut Sastro, hal itu akhirnya berpengaruh pada ketersediaan air tanah. Lubang-lubang biopori itu telah menyerap air semakin banyak. "Sekarang digali 1 meter saja tanahnya sudah basah."

(... selengkapnya baca)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun