Bukan karena aku sudah lelah untuk mempertahankanmu
Bukan pula karena aku sudah tak mampu menghadapimu
Tapi darah pekat ini sudah menerkam kesabaranku
Apalagi dengan pisau tajam yang entah sengaja atau tidak kau tusukkan pada lentera hidupku
Namun anehnya daku masih bisa bersikap baik hati
Terhadap semua prilaku kejam dengan bingkisan manis darimu
Apa kau sudah tak menghargaiku sebagai kekasihmu?
Atau kau anggap aku sebagai musuhmu?
Aku memang bukan perempuan cantik yang bermata sipit
Bukan pula perempuan anggun dengan kebayanya
Aku juga bukan perempuan manis yang kau panggil Beb
Bukan pula perempuan luar biasa yang berintelektual tinggi
Dan aku bukan pula perempuan terkenal karena suaranya yang merdu
Aku hanya perempuan yang tahunya hanya menggubris kata-kata yang berserekan
Menjadi sajak yang menemaniku selalu
Ya itu aku!
Berusaha tegar diatas remuknya hati yang penuh darah
Bermain manja agar rasa kalut dalam diri hilang tak tersisa
Bertopeng sandiwara dengan lagak yang tak pernah ada luka
Berperan sebagai orang yang selalu bahagia
Rasanya aku harus belajar menjadi orang yang lebih dewasa padamu
Agar tak ada lagi sifat kekanakanku yang melekat dalam diri
Begitupun dengan egoku yang terlampau berlebihan
Agar tak semakin melambung tinggi di lingkunganmu
Pamekasan, 06 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H