Mohon tunggu...
Kamilia Putri
Kamilia Putri Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa uin walisongo semarang

Mahasiswa uin walisongo semarang

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pengaruh Broken Home dalam Pertumbuhan Remaja di Bidang Pendidikan

22 Oktober 2019   22:41 Diperbarui: 22 Oktober 2019   22:57 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pengaruh broken home dalam pertumbuhan remaja dibidang pendidikan
PENDAHULUAN
Keluarga merupakan taman pendidikan pertama, terpenting dan terdekat yang bisa dinikmati anak. Pentingnya peranan orang tua dalam mendidik anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, watak dan ketrampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar mematuhi peraturan, serta menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan disiplin (Gunaryadi, 2006, dalam jurnal ilmiah pendidikan, 2008:138).
Beda halnya pada keluarga yang broken home, tentunya perkembangan anak remaja pada keluarga ini beda dengan keluarga yang hidupnya masih mempunyai orang tua dan perhatian pada anak remajanya terpenuhi serta kebutuhannya yang tercukupi.

Perilaku anak korban broken home menarik penulis angkat dilatar belakangi oleh perilaku-perilaku social anak-anak korban broken home semakin menggelisahkan. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya kasus kenakalan khususnya dikalangan remaja yang masih berada pada jenjang pendidikan SMP,salah satu sampel sekolah yang penulis angkat ialah SMP-18 Banda Aceh. Berdasarkan catatan harian guru bimbingan dan konseling (BP) siswa SMP-18 bahwa anak-anak yang bermasalah selama 2 tahun terakhir yaitu tahun ajaran 2013/2014 dan tahun ajaran 2014/2015 semakin mengganggu proses belajar mengajar
Perilaku-perilaku social mereka sudah sangat menggelisahkan para pendidik.Banyak guru mengeluh karena kenakalan mereka sudah sangat mengganggu proses belajar mengajar.
PEMBAHASAN
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada masa ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. Hal ini membuat remaja menjadi pribadi yang labil yang membuatnya menjadi bingung dalam mengambil sebuah keputusan. Masa remaja juga merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi,tubuh,minat,pola perilaku,dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Begitu pula masalah dengan remaja yang broken home tentunya berbeda dengan tiap remaja yang mengalaminya,itu semua banyak faktor yang menyebabkan remaja broken home jadi putus sekolah dan berperilaku negative karena kejiwaan remaja yang broken home sangat mudah terpengaruhi oleh hal-hal yang negative dimana remaja pada masa transisi ini mempunyai masa yang harus ada perhatian dari orang tua,sedangkan disatu sisi keluarganya broken home.
Seperti umumnya sifat manusia, setiap orang juga memiliki kesulitan dalam menangani masalah-masalah yang terjadi di hidupnya. Tidak peduli bagi orang dewasa maupun remaja yang masih dalam proses pertumbuhan. Mereka pun tentunya membutuhkan orang lain untuk setidaknya menentukan apa yang terbaik bagi mereka. Dalam hal ini, peran orang-orang terdekat amatlah penting bagi mereka, terlebih lagi orang tua. Mereka yang notabenenya memiliki pengalaman hidup lebih banyak dari pada anak mereka tentu bisa membantu dalam menyelesaikan masalah kecil. Seperti contohnya ketika anak mereka mengalami masalah di sekolahnya.
Contohnya si A bertengkar dengan si B, si B itu merupakan sahabat karib nya sendiri. Yang mana mereka bertengkar karena hal sepele,sampai sampai membuat si A itu nggak mau makan sampai berhari-hari. Perilaku si A yang seperti itu tentu saja menarik perhatian dari orang tuanya sehingga mereka mencari tahu tentang masalah anaknya tersebut. Mereka pun membantu menyelesaikan masalah anak nya, seperti: menasehatinya,atau mempertemukan si A dengan si B untuk menyelesaikan masalah mereka.
Dari situ bisa dilihat bahwa peran orang tua sangatlah penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seorang anak. Karena pada hakekatnya anak itu lebih dekat dengan orang tua nya dari pada yang lain,sehingga anak perlu bimbingan dari orang tuanya tersebut. Sehingga orang tuanya bisa membantu si anak,Entah itu dalam menyelesaikan masalah dengan solusi yang benar atau hanya sekedar teman cerita saja. Itu akan berbeda jika mereka kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya, mereka yang seharusnya mendapatkan bantuan dari orang tuanya akan merasa kesulitan jika orang tua mereka tidak memperhatikan mereka. Keadaan ini biasanya dialami oleh anak yang broken home.
Broken home adalah kurangnya perhatian atau kurangnya kasih sayang dari orang tua terhadap anak, sehingga membuat anak tersebut menjadi frustasi, brutal, dan susah diatur. Broken home juga biasa diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun,damai dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir dengan perceraian. Kondisi inilah yang bisa dibilang menjadi pemicu dan membuat anak menjadi murung,sedih yang berkepanjangan serta malu karena orang tua tuanya telah bercerai dan yang paling parah bisa membuat mereka melakukan hal-hal negative seperti mulai mencoba merokok,narkoba, dan lebih parahnya lagi mencoba minuman keras.
Begitu pula perilaku anak remaja korban broken home sangat menggelisahkan orang-orang disekitarnya,baik itu di sekolahnya maupun di lingkungan masyarakat sekitar. Seperti halnya yang di sekolah,si anak sudah sangat menggelisahkan para guru karena si anak suka melanggar aturan-aturan sekolah, berbicara kasar, suka melawan/menentang , tidak berakhlaq, tidak sopan, tidak bermoral, bermalas-malasan pergi ke sekolah, suka bolos, malas belajar, hilangnya semangat dalam belajar, suka recok dan caper kalua di kelas, suka mengganggu teman atau guru di kelas, dan masih banyak lagi permasalahannya. Seperti halnya yang di lingkungan masyarakat, biasanya si anak lebih cenderung untuk jarang ataupun bahkan tidak mau ber bincang-bincang dengan orang-orang sekitar. Karena dia merasa bahwa semua orang jahat,seperti halnya orang tuanya yang mana di dalam keluarganya orang tua nya sering bertengkar. Sehingga membuat si anak merasa bahwa dirinya sudah tidak berarti lagi di dalam keluarganya tersebut. Dan lebih parahnya lagi,terkadang anak sampai tidak dapat mengendalikan emosinya sendiri sehingga yang menjadi pelampiasannya itu orang-orang yang ada di sekitarnya.
Disini di jelaskan juga bahwa masih ada banyak lagi akibat-akibat dari broken home yang bisa mengganggu psikis anak. Seperti halnya kalau dia sedang bersama teman nya,anak tersebut merasa bahwa dia berbeda dengan anak yang lain yang mana teman nya tersebut masih merasakan kasih sayang dari kedua orang tua mereka. Begitu juga dia akan dipandang beda diantara yang lainnya entah itu dari segi pemikiran maupun segi perilakunya. Secara umum dijelaskan bahwa remaja dalam keluarga broken home lebih dominan terjerumus kedalam pergaulan bebas akibat kurang kasih sayang dari orang tua,kurang pemahaman tentang agama,dan pengaruh dari luar.
Sebagai contoh pergaulan bebas yang dilakukan oleh anak ialah ketika ia salah jalan dan berteman dengan orang-orang yang tidak baik sehingga dia akan ikut terjerumus kepada hal yang tidak baik tersebut. Atau bahkan terkadang si anak akan meluapkan kemarahannya kepada orang-orang disekitarnya dengan cara ia berbuat kerusuhan atau apapun itu untuk menarik perhatian orang-orang. Karena ia merasa kalau dirinya tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang lebih dari orang tuanya, sehingga ia mencari perhatian khusus dari orang-orang disekitarnya.
Dari masalah-masalah yang terjadi diatas, dapat dikaitkan dengan faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan anak. Perkembangan ialah perubahan yang relative,sistematis,dan tertuju kepada kebaikan. Perkembangan manusia juga merupakan suatu proses sepanjang kehidupan dari pertumbuhan dan perubahan fisik,perilaku,kognitif,dan emosional. Sepanjang proses ini,tiap individu mengembangkan sikap dan nilai yang mengarahkan pilihan,hubungan,dan pengertian.(Huberman,2002).Sedangkan pertumbuhan ialah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ,dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.(Soetjiningsih, 1998;Tanuwijaya, 2003). Jadi, faktor perkembangan dan pertumbuhan yang menyangkut dengan kasus diatas adalah sebagai berikut:
Pengetahuan
Pengetahuan tidak selalu berbanding lurus dengan perilaku anak broken home. Oleh karena itu, diperlukan eksekusi yang tegas terhadap pelanggaran yang dibuat.
Sikap
Sikap dapat diartikan sebagai dampak dari proses berfikir setelah mendapatkan informasi (pengetahuan),namun masih berupa perilaku yang tertutup. Perilaku anak broken home merupakan hasil interaksi yang bersifat timbal balik dari proses kognitif,emosi,serta pengalaman perilaku terhadap lingkungan individu.
Pengaruh teman
Peran teman sangatlah besar dalam membentuk perilaku individu. Karena pada hakikat nya seorang anak akan mengutamakan pertimbangan emosional dibandingkan rasionalnya.
Pengaruh orang tua
Pendidikan primer dimulai dari lingkungan keluarga. Orang tua secara langsung mempengaruhi pembentukan pribadi anak-anaknya. Pengawasan yang dilakukan orang tua merupakan upaya pengontrolan terhadap perilaku remaja.
Media massa
Dalam konteks perilaku,media massa dapat memberikan efek negative terhadap pembentukan perilaku anak. Seperti halnya ia akan melihat gimana anak-anak yang mengalami broken home yang ada di layar televise.
Kebudayaan
Budaya merupakan sesuatu yang mencirikan sebuah komunitas (kelompok). Menjadi catatan penting bahwa tidak selamanya budaya yang dianut masyarakat bernilai positif seringkali bernilai negative.
Tujuan dalam pendidikan rumah tangga supaya anak mampu berkembang secara maksimal,yang meliputi seluruh aspek perkembangan anak-anak,yaitu secara jasmani,akal, dan rohani. Namun,mengingat keterbatasan keluarga,nampaknya tidak semua orang tua mampu mendidik dan mengembangkan anak-anak mereka,baik secara jasmani, akal, maupun rohani (Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2008:138-139).
KESIMPULAN
Jadi, kesimpulannya ialah anak yang mengalami broken home akan mengalami masalah-masalah yang berkaitan dengan psikisnya. Mereka akan lebih cenderung mengutamakan emosinya daripada pemikirannya, dan akan lebih mudah emosi karena mereka tidak bisa berfikir secara baik. Mereka juga tidak dapat mengontrol emosinya sendiri.Dan dia akan melakukan apapun supaya mendapatkan perhatian dari orang-orang disekitarnya. Itulah yang menyebabkan si anak yang mengalami broken home mengalami berbagai permasalahan, dikarenakan mereka kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua nya. Dapat disimpulkan juga bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti,pada umumnya mereka ereka mengalami kejiwaan diusia mereka yang masih labil. Mereka merasa sepertinya mereka tidak memiliki masa depan karena orang tuanya berpisah. Mereka merasa dikucilkan dari keluarga dan lingkungan pergaulannya. Hal ini menimbulkan pemikiran mereka cenderung kearah yang negative, seperti bergaul pada lingkungan yang seharusnya tidak mereka lakukan,mereka merasa frustasi. Akibatnya mereka malas untuk sekolah,merokok,jarang pulang ke rumah,sering bolos sekolah,merasa seperti tidak memiliki arah ,mereka berfikir tidak ada lagi orang tua yang perduli dengannya dan tidak ada lagi kasih sayang sehingga untuk apa mereka kedepannya. Kurang nya kasih sayang dari orang tua inilah yang menyebabkan gejolak remaja pada emosi kejiwaannya, pada perkembangan social, dan perkembangan kepribadiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih.2007.Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sugeng Seto. Jakarta.
Jurnal Ilmiah Pendidikan. 2006
Huberman,B(2002). Growth and Development, Ages 13 to 17-What You Need to Know.(14 feb 2012)
Hurlock,E.B (1990). Development Psychology : A Lifespan Approach. Jakarta : Erlangga Gunarsa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun