Nonton Bareng  Pemain Film KKL
Saya turut bahagia, kini Lombok akhirnya punya bioskop.Setelah 20 tahun lebih penantian panjang sesuai dengan usia saya. Kehadiran Lombok Epicentrum Mall dibarengi dengan LEM XXI. Akhirnya 21 Cineplex membuka cabang di Lombok. Disusul beberapa bulan kemudian dalam grand opening Lombok City Center teradapat pula bioskop di dalamnya. Jadilah ada dua bioskop di dua mall baru dan besar di Lombok.
Hal tersebut jadi berkah tersendiri untuk masyarakat utamanya para penikmat film. Mereka sekarang tidak harus mendownload dari internet jika ingin nonton film atau dengan membeli dvd bajakan. Tinggal berangkat ke mall, beli tiket, masuk ke studio, duduk manis, lalu menikmati film ditonton entah bersama keluarga, sahabat, orang terdekat, atau bersama kenangan yang masih tertinggal (mantan pacar).
Bagi saya bioskop adalah barang tabu. Saya hanya tahu namanya, wujudnya seperti apa pun saya tidak tahu. Satu-satunya bioskop yang pernah dan sering saya saksikan adalah bioskop Trans TV. Tayangnya mulai jam 10 malam ke atas. Cuma saya bertanya-tanya, kok bioskop ada iklannya ya ? lebih jauh lagi, serupa tapi tak sama dengan bioskop, yang kerap kami saksikan bersama teman-teman adalah layar LCD yang biasa digunakan persentasi. Kalau lagi gakada guru kami akan menonton film menggunakan LCD yang disediakan dikelas pada saat saya kelas XII IPS 4 di MAN 2 MATARAM sekitar awal tahun 2013.
Pertama kali saya ke bioskop ya di LEM XXI. Salah satu bioskop yang terdapat di Lombok Epicentrum Mall. Cukup dekat dari kampus Universitas Mataram, saat itu bersama teman-teman kami menyaksikan film Ayah Menyayangi Tanoa Akhirdari Hanny R. Saputra.
Pada bulan Maret tepatnya pada tanggal 6 saya menonton film Kalam-Kalam Langit. Film Kalam-Kalam Langit adalah salah satu film komersil film yang digarap oleh Putaar Production ini mengambil latar tempat di Lombok, Pulau Seribu Masjid. Kebetulan film ini bercerita tentang perjuangan seorang Ja’far mengikuti MTQ. Dan entah kebetulan juga tahun ini NTB dipercaya sebagai tuan rumah MTQ Nasional. Acara inti akan dipusatkan di Islamic Center Mataram. Sebuah masjid terbesar dan digadang-gadang sebagai pusat poros peradaban Islam di Indonesia bagian timur.
Alasan yang lain kenapa saya menonton film ini adalah karena tema cerita yang diangkat, film ini merepresentasikan surat ar-rahman. Mengajak penonton untuk terus bersyukur. Nikmat Tuhan yang mana yang hendak kita dustakan, film ini mampu menginspirasi, memberikan pencerahan, dan tentunya membuat saya menangis pada saat menonton dan ketika surat Ar-rahman di latunkan.
Ada beberapa hal yang patut untuk kita ketahui seputar film kalam-kalam langit : Produser film Kalam-Kalam Langit adalah murid dari TGH. Mustafa Umar Kapek.TGH. Mustafa Umar, Kapek Gunungsari bagi saya pribadi beliau adalah pelopor Pondok Pesantren Tahfidz di bumi Lombok. Beliau berpulang untuk selamanya pada tanggal 1 Mei 2014 lalu. Allahu yarhamhu. Beliau adalah sosok kakek yang sempurna menjadi ayah, guru, dan kakek yang penuh dengan ilmu.
Film ini akan mengambil setting lokasi di Lombok dan dibintangi aktor kawakan tanah air.Ada nama Dimas Seto dan Ibnu Jamil di dalamnya selain itu hafidz-hafidzoh cilik NTB juga ambil bagian dalam film ini. 40 % adegan dalam film berlatar tempat di Pondok Pesantren Al Aziziyah Kapek Gunungsari. Pondok yang didirikan oleh alm. TGH. Mustafa Abdul Aziz, Allahu yarhamhu.
Ada rasa bahagia dan bangga sebuah film nasional memilih Lombok sebagai lokasi syuting mereka. Saya berharap film ini bisa menjalin simbiosis mutualisme dengan Lombok, keindahan alam Lombok dapat terekspos ke nasional sehingga banyak pariwisata yang datang dan kelancaran dalam pelaksanaan MTQ Nasional yang diadakan di Lombok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H