Mohon tunggu...
Kamila Sofi Nurraya
Kamila Sofi Nurraya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

menulis adalah sebuah keberanian (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Beauty Privilege: Jadi Orang Cakep Lebih Enak

16 Juni 2024   13:49 Diperbarui: 16 Juni 2024   13:57 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Beauty Privilege: Jadi Orang Cakep Lebih Enak

Oleh: Kamila Sofi Nurraya

Apakah Anda pernah merasa orang yang lebih menarik mendapatkan perlakuan lebih baik dalam kehidupan sehari-hari? Fenomena ini disebut beauty privilege dan dampaknya ternyata lebih luas dari yang kita bayangkan. Beauty privilege atau keistimewaan kecantikan adalah konsep sosial yang menunjukkan bahwa orang dengan penampilan fisik yang menarik sering kali menerima perlakuan lebih baik dan memiliki keuntungan lebih dalam berbagai aspek kehidupan dibandingkan dengan mereka yang dianggap kurang menarik. Fenomena ini mempengaruhi kehidupan pribadi seseorang, karier, pendidikan, dan interaksi sosial mereka.  Gita Savitri, lulusan dari Freie University Berlin, dalam konten vlog YouTube-nya, mengatakan bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam privilege seperti male privilege (keistimewaan laki-laki), white privilege (hak istimewa kulit putih), class privilege (hak istimewa kelas), dan muslim privilege (keistimewaan umat Islam). Namun, yang lebih menonjol di dunia maya adalah beauty privilege.

Beauty privilege mencakup berbagai bentuk keuntungan yang diterima oleh individu yang dianggap menarik menurut standar kecantikan masyarakat tertentu. Ini bisa berupa perlakuan yang lebih ramah dari orang lain, kesempatan karier yang lebih baik, atau bahkan penerimaan sosial yang lebih tinggi. Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh American Psychological Association (APA), individu yang dianggap lebih menarik secara fisik cenderung mendapatkan gaji yang lebih tinggi dan memiliki peluang lebih besar untuk dipekerjakan. Penelitian lain dari Harvard University juga menunjukkan bahwa pelajar dengan penampilan yang lebih menarik cenderung mendapatkan nilai yang lebih baik, meskipun kinerja akademis mereka setara dengan rekan-rekan mereka yang kurang menarik.

Keuntungan yang diperoleh dari beauty privilege sering kali terlihat jelas dalam lingkungan profesional dan akademis. Di dunia kerja, penampilan yang menarik sering kali diasosiasikan dengan kompetensi dan kepercayaan diri, dua atribut yang sangat dihargai oleh perekrut dan atasan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Journal of Labor Economics menemukan bahwa pekerja yang dianggap menarik menghasilkan sekitar 12% lebih banyak daripada rekan-rekan mereka yang kurang menarik. Selain itu, mereka juga lebih mungkin dipromosikan dan mendapatkan evaluasi kinerja yang lebih baik.

Dalam bidang pendidikan, pelajar yang dianggap menarik cenderung mendapatkan perhatian lebih dari guru dan teman sekelas mereka. Hal ini dapat mengarah pada penilaian yang lebih baik dan dukungan akademis yang lebih besar, seperti yang diungkapkan dalam penelitian yang diterbitkan oleh Sociological Forum.

Meskipun beauty privilege memberikan keuntungan nyata bagi mereka yang dianggap menarik, ini juga menciptakan berbagai konsekuensi sosial dan psikologis. Individu yang dianggap kurang menarik sering kali menghadapi diskriminasi dan perlakuan tidak adil, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional dan mental mereka. Sebuah artikel di The Guardian menyoroti bahwa diskriminasi berdasarkan penampilan fisik, atau yang dikenal sebagai "lookism" (tampilan), dapat berdampak negatif pada harga diri dan kesehatan mental seseorang. Selain itu, tekanan untuk memenuhi standar kecantikan yang tinggi juga dapat menyebabkan stres dan ketidakpuasan tubuh, terutama di kalangan remaja dan perempuan.

Untuk mengurangi dampak negatif dari beauty privilege, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang bias penampilan dan mendorong inklusivitas. Langkah-langkah seperti pelatihan kesadaran bias di tempat kerja dan sekolah, serta representasi yang lebih beragam dalam media dan iklan, dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih adil dan setara. Penelitian dari Stanford University menunjukkan bahwa program pelatihan kesadaran bias dapat secara signifikan mengurangi diskriminasi berbasis penampilan dan meningkatkan hubungan interpersonal di tempat kerja. Selain itu, representasi yang lebih inklusif dalam media dapat membantu mengubah persepsi publik tentang standar kecantikan dan mendorong penerimaan yang lebih luas terhadap keragaman penampilan.

Sebagai penutup penulis menyimpulkan bahwa Beauty privilege adalah fenomena kompleks yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan individu yang dianggap menarik. Meskipun memberikan keuntungan nyata, ini juga menciptakan tantangan dan diskriminasi bagi mereka yang tidak memenuhi standar kecantikan masyarakat. Dengan meningkatkan kesadaran dan mendorong inklusivitas, kita dapat bekerja menuju masyarakat yang lebih adil dan setara bagi semua orang, terlepas dari penampilan fisik mereka. Setiap individu memiliki keunikan dan keindahannya masing-masing. Dengan merangkul perbedaan dan menghargai kecantikan dalam segala bentuknya, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung. Mari kita bersama-sama mendorong kesadaran akan dampak beauty privilege dan bekerja menuju masa depan di mana setiap orang, tanpa memandang rupa, bisa merasa dihargai dan diterima. Karena pada akhirnya, keindahan sejati terletak dalam hati dan jiwa kita.

-Tabik pun-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun