Saat ini isu perubahan iklim telah menjadi sorotan utama bagi seluruh dunia. Banyak negara yang berusaha untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan memulai tindakan nyata guna melindungi lingkungan. Perubahan iklim kini semakin terlihat dan dampaknya semakin terasa pula oleh banyak orang, oleh karena itu sangat penting bagi negara-negara untuk mengevaluasi upaya mereka dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan menerapkan kebijakan iklim yang efektif. Artikel ini akan membahas terkait perbandingan penilaian Climate Action Tracker antara Indonesia dengan India.Â
Climate Action Tracker (CAT) adalah proyek ilmiah independen yang melacak tindakan pemerintah terhadap perubahan iklim dan mengukurnya sesuai dengan tujuan Perjanjian Paris yang disepakati secara global untuk "menahan pemanasan jauh di bawah 2°C, dan mengupayakan upaya untuk membatasi pemanasan hingga 1,5°C".Â
Dalam penilaian CAT, Â Indonesia dan India merupakan dua negara yang sering menjadi sorotan karena memiliki populasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga memiliki dampak yang besar terhadap perubahan iklim secara global.Â
Penilaian yang diberikan oleh CAT ini berdasarkan pada kesesuaian tindakan yang diambil oleh negara-negara tersebut dengan target yang ditetapkan dalam perjanjian Paris.Â
Dalam penilaian Climate Action Tracker, Indonesia dinilai sebagai "critically insufficient" yang yang berarti bahwa upaya yang dilakukan oleh Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca masih jauh dari memadai bahkan sama sekali tidak memadai, meskipun Indonesia telah menetapkan berbagai kebijakan dan program untuk mengurangi emisi namun kecepatan dan skala tindakan yang diambil masih belum mencapai tingkat yang diharapkan. Hal ini dikaitkan dengan ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil terutama batubara yang menyebabkan emisi gas rumah kaca yang tinggi. Penilaian ini ditinjau dari beberapa faktor yaitu:
Target NDC yang tidak ambisius: Target Kontribusi Nasional yang Ditetapkan Secara Bertujuan (NDC) Indonesia untuk 2030 dinilai tidak sejalan dengan upaya untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5°C.Â
Kurangnya aksi nyata: CAT menilai bahwa tindakan yang diambil Indonesia saat ini tidak cukup untuk mencapai target NDC-nya sendiri, apalagi untuk berkontribusi pada batas 1,5°C.Â
Ketergantungan pada batubara: Indonesia masih sangat bergantung pada batubara sebagai sumber energi, yang merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar.Â
Deforestasi: Deforestasi yang tinggi di Indonesia juga berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca.