Mohon tunggu...
Kamila Putri Fiwisya
Kamila Putri Fiwisya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan

Nursing is Caring

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hubungan Stigma Buruk Profesi Perawat di Media Sosial terhadap Penerapan Sikap

21 Desember 2023   21:30 Diperbarui: 22 Desember 2023   09:02 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki era digital, penggunaan media sosial semakin meningkat sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk mengakses dan membagikan informasi. Masyarakat gemar membagikan pengalamannya, salah satunya adalah pengalaman saat mendapatkan pelayanan keperawatan. Isi pengalaman tersebut biasanya membahas pengalaman tidak menyenangkan atau malah langsung mengunggah ujaran kebencian pada profesi perawat. Dalam menghadapi hal tersebut, perawat harus menjadi panutan untuk memberikan contoh dalam menegakkan asuhan keperawatan dan menerapkan nilai-nilai profesionalisme agar stigma buruk perawat dapat berkurang. Oleh karena itu, praktik keperawatan yang diberikan harus tetap didasarkan pada standar keperawatan yang tepat, berkualitas, dan professional.

sumber ilustrasi: TikTok
sumber ilustrasi: TikTok

Akhir-akhir ini, kembali ramai diperbincangkan di Tiktok mengenai profesi perawat yang dianggap hanyalah sebagai babu dokter. Hal ini mengundang publik untuk memberikan tanggapan terhadap pernyataan tersebut. Dalam memberikan tanggapan terkait stigma yang negatif ini, tentunya warganet terbagi menjadi dua kubu dimana terdapat warganet yang membantah pernyataan tersebut dengan memberikan argumen terkait profesi perawat dan juga terdapat komentar yang mendukung pernyataan negatif tersebut. Pengaruh stigma negatif terhadap profesi perawat yang muncul di media sosial ini dapat berdampak serius pada penerapan sikap profesionalisme. Dampak yang ditimbulkan dari stigma negatif tersebut dapat menurunkan percaya diri, menyebabkan stress, dan juga penurunan motivasi. Hal ini dibuktikan dengan salah satu postingan seorang perawat yang mengutarakan kesedihannya karena nyatanya perawat dan dokter adalah rekan kerja. Bahkan terdapat mahasiswa keperawatan yang kehilangan motivasi karena stigma negatif yang beredar.

Memangnya, apasih perbedaan dokter dan perawat?

Perbedaan dokter dan perawat adalah pada nilai-nilai yang dianut. Dokter fokus dengan curing yaitu penyembuhan sedangkan perawat caring. Meskipun terdapat perbedaan dalam tugas, keberadaan dokter dan perawat sangatlah penting dalam memberikan pelayanan kesehatan. Tanpa dokter, diagnosis tidak dapat diputuskan, dan tanpa perawat, pemberian asuhan keperawatan tidak dapat dilakukan dengan cepat. Untuk memberikan pelayanan kesehatan, keduanya harus bekerja sama tentunya dengan standar profesi dan prosedur operasional masing-masing profesi.

Profesi keperawatan merupakan profesi yang menggunakan etik dan moral sebagai suatu landasan untuk memberikan asuhan keperawatan yang bermutu. Kode etik dan moral harus diaplikasikan oleh perawat dalam memberikan suatu pelayanan profesional yang dilandasi dengan regulasi dari institusi agar perawat dapat mempertanggungjawabkan layanan yang diberikan (Yetti et al., 2017). Sebenarnya, stigma negatif tersebut dapat dipatahkan dengan perawat tetap menerapkan sikap profesionalisme sehingga citra yang baik kepada perawat dapat terbentuk seiring berjalannya waktu


Sumber Ilustrasi: https://www.phoenix.edu/blog/ethics-in-nursing.html
Sumber Ilustrasi: https://www.phoenix.edu/blog/ethics-in-nursing.html

Sebenarnya, fungsi profesionalisme itu apa sih?

Kualitas pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh nilai-nilai profesionalisme (Banunaek, 2021). Dalam memberikan perawatan berkualitas tinggi kepada pasien, perawat harus menjunjung tinggi prinsip moral dan etik pada profesi keperawatan. Prinsip moral antara lain menghargai otonomi klien, beneficence yaitu melakukan tindakan yang baik untuk pasien, justice yaitu berlaku adil, non-maleficence yaitu mencegah bahaya bagi pasien, veracity yaitu mengatakan yang sebenarnya, fidelity yaitu berkomitmen dalam menepati janji, confidentiality yaitu menjaga kerahasiaan dokumen klien, dan  accountability yaitu mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukan (Berman et al., 2022) sedangkan prinsip etik keperawatan meliputi respect to others yaitu menghargai pasien, compassion yaitu memiliki rasa iba dan kasih sayang kepada pasien, empati, advocacy yaitu melindungi pasien, dan intimacy yaitu dekat dengan pasien (Yetti, 2023). Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut, diharapkan dapat menimbulkan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.

Oleh karena itu, melindungi dan memperkuat citra profesi perawat sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan. Sebagai role model, perawat harus mempromosikan kesadaran akan pentingnya peran perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan untuk menjaga kualitas dan profesionalisme keperawatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun