Mohon tunggu...
Kamila Intan zahro kamila
Kamila Intan zahro kamila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Kepala Sekolah Menerapkan Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Kurikulum Merdeka di MI Baitul Makmur Bangsalsari

23 September 2024   08:35 Diperbarui: 23 September 2024   08:43 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


MI Baitul Makmur melibatkan orang tua secara aktif dalam pembelajaran berbasis proyek dengan memberikan mereka kesempatan untuk berkontribusi dalam proses pembuatan proyek. Orang tua tidak hanya diminta untuk mendampingi anak-anak saat mengerjakan proyek di rumah, tetapi juga diberi peran penting dalam menyediakan sumber daya yang diperlukan. Sumber daya tersebut bisa berupa bahan, informasi, atau saran yang relevan dan membantu dalam menyelesaikan proyek. 

Dengan demikian, keterlibatan orang tua menjadi bagian integral dari pembelajaran yang memperkaya pengalaman siswa. Selain itu, MI Baitul Makmur rutin mengadakan pameran hasil proyek siswa setiap enam bulan sekali di halaman sekolah. Pada acara ini, orang tua diundang untuk melihat langsung karya anak-anak mereka. Untuk memastikan proses proyek berjalan lancar, MI Baitul Makmur juga menjaga komunikasi yang rutin antara guru dan orang tua. Guru secara berulang memberikan informasi mengenai perkembangan proyek siswa, termasuk hambatan yang mungkin dihadapi dan pencapaian yang telah diperoleh. Komunikasi ini memungkinkan orang tua MI Baitul Makmur Bangsalsari untuk memantau perkembangan anak mereka dan memberikan dukungan yang sesuai. 

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh miratul hayati dalam jurnalnya yang berjudul Project Based Learning at Home: Kolaborasi Guru - Orangtua untuk Pembelajaran Anak pada Masa New Normal menjelaskan bahwa keterlibatan orang tua sangat dibutuhkan untuk membimbing, mengarahkan dan mendampingi anak untuk tetap belajar. Orang tua bisa melakukan pembelajaran yang bermakna selama belajar di rumah dengan tetap memperhatikan perkembangan dan kebutuhan anak, membuat atau melaporkan perkembangan anak kepada guru, dan mengkomunikasikan hal-hal yang menjadi hambatan dan rintangan selama belajar dari rumah untuk dapat menemukan solusi atas permasalahan yang ditemui orang tua. (Miratul hayati. 2022).


 Keberhasilan implementasi kurikulum merdeka sangat tergantung pada intensitas guru dalam menerapkan kurikulum tersebut di kelas. Oleh karena itu, guru perlu memiliki pemahaman yang baik agar dapat mencapai hal tersebut (Karyono, 2023). Berdasarkan penelitian di MI Baitul Makmur Bangsalsari, beberapa kendala yang dihadapi dalam implementasi pembelajaran berbasis proyek di MI Baitul Makmur meliputi keterbatasan waktu dan kurangnya pemahaman guru mengenai metode ini. 

Keterbatasan waktu mengakibatkan guru kesulitan untuk memasukkan pembelajaran berbasis proyek ke dalam kurikulum yang sudah padat, Seperti yang dikemukakan Sani, bahwa salah satu kelemahan dari model pembelajaran berbasis proyek adalah membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk. Sementara kurangnya pemahaman tentang metode ini membuat mereka ragu dalam menerapkannya secara efektif. Guru merupakan tokoh penting yang bersinggungan langsung dengan siswa sehingga guru perlu memahami betul esensi kurikulum merdeka (Muhafid et al., 2022). Untuk mengatasi kendala tersebut, kepala sekolah MI Baitul Makmur Bangsalsari memberikan solusi dengan penjadwalan yang fleksibel. Dengan penjadwalan tersebut, guru dapat mengatur waktu pelaksanaan proyek tanpa mengorbankan pelajaran lainnya. Selain itu, sekolah juga menyediakan pelatihan bagi guru agar mereka dapat lebih memahami konsep dan metode pembelajaran berbasis proyek. 

Dengan pelatihan tersebut, kepala sekolah MI Baitul Makmur Bangsalsari berharap guru mampu merancang dan melaksanakan proyek yang relevan dengan tujuan pembelajaran, sehingga metode ini dapat diterapkan dengan lebih baik dan memberikan manfaat maksimal bagi siswa. Seperti yang dikemukakan Sani, bahwa salah satu kelemahan dari model pembelajaran berbasis proyek adalah membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun