Mohon tunggu...
Syukriati Kamilah Syah
Syukriati Kamilah Syah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepemimpinan Sultan Syarif Kasim II

15 Desember 2023   03:07 Diperbarui: 15 Desember 2023   03:18 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin atau yang biasa disebut sebagai Sultan Syarif Kasim II merupakan sultan yang terakhir yakni sultan ke-12 di kesultanan Siak, Provinsi Riau. Sultan Syarif Kasim lahir di Siak Sri Indra Pura-Riau pada 1 Desember 1893 dan wafat pada 23 April 1968 di Rumbai, Pekanbaru-Riau di usia 74 tahun. Ia dinobatkan sebagai Sultan Kerajaan Siak Indrapura ketika berumur 23 tahun selepas wafatnya sultan sebelumnya yakni ayah dari sultan Syarif Kasim itu sendiri, Sultan Assyaidin Hasyim I Abdul Jalil Syaifuddin.

Semasa kecil, Syarif Kasim dididik di dalam lingkungan istana. Ia dididik sebagaimana seharusnya adat istiadat para raja, baik dari segi fisik, mental, hingga kerohanian. Ayahnya yang seorang sultan pada masa itu dikenal sebagai sosok yang memegang teguh prinsip-prinsip Islam, ia juga memiliki pemikiran yang luas dalam meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Oleh karena itulah syarif kasim remaja yang kala itu berusia 12 tahun dikirim ke Batavia pada tahun 1904 untuk menjalankan pendidikannya. Tahun 1908 ayahnya meninggal dan kesultanan pun dialihkan kepada syarif kasim, akan tetapi pada saat itu umur syarif kasim baru berusia 16 tahun sehingga penobatannya sebagai sultan baru bisa dilaksanakan pada tahun 1915 ketika ia telah berusia 23 tahun.

Ketika syarif kasim dinobatkan sebagai sultan di kesultanan Siak, Pemerintah Hindia Belanda merasa terancam sebab syarif kasim adalah pemimpin yang berpendidikan dan ia pun secara terang-terangan menolak Sri Ratu Belanda sebagai pemimpin tertinggi para raja di kepulauan Nusantara. Ia tidak mengganggap Kesultanan Siak termasuk bagian dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Ia secara tegas menolak penjajahan, sebagai bentuk perjuangan, ia mendirikan sekolah-sekolah di Siak mulai dari tingkat dasar hingga menengah keatas guna mencerdaskan rakyatnya. Putra-putri Siak yang berprestasi dan cerdas akan diberi beasiswa untuk menempuh pendidikan selanjutnya di Batavia dan Medan. Tahun 1917, Syarif Kasim mendirikan Sekolah Agama Islam bernama Madrasah Taufiqiyah Al-Hasyimiah. Lalu pada tahun 1926, Sultan dan Permaisuri Tengku Agung mendirikan sekolah untuk kaum wanita yang dinamai Latifah School.

Syarif Kasim juga mendukung perjuangan melalui seruan di istana serta memberikan bantuan yang konkrit. Ia membangun kekuatan militer untuk melatih membangkitkan semangat perlawanan dan membela nasib para rakyat. Syarif kasim juga secara tegas menolak campur tangan peraturan pengadilan pemerintahan Hindia Belanda terhadap rakyatnya dan berpegang teguh pada segala peraturan Kerajaan Siak. Selama ia menjadi sultan, para pejabat bukan hanya dari kalangan bangsawan saja, namun juga ada mereka yang dari kalangan biasa yang memiliki kecakapan ilmu yang dibutuhkan dalam pemerintahan. Sultan Syarif Kasim juga menggalakkan perkebunan dan perdagangan agar rakyat Siak dan sekitarnya merasa sejahtera.

Ia sangat dihormati oleh orang banyak sebab ia selalu merealisasikan perkataannya menjadi sebuah perbuatan yang nyata. Seperti ketika beliau secara terang-terangan mendukung NKRI setelah kemerdekaan, ia sampai menyumbangkan hartanya dalam jumlah yang sangat besar yakni sejumlah 13 juta gulden untuk Pemerintah Republik Indonesia atau setara dengan 120,1 juta USD atau 1,47 trilyun. Ia juga secara langsung menyatakan bahwa Kesultanan Siak Sri Indrapura adalah bagian dari wilayah Republik Indonesia. Sebagai bentuk dukungan bagi Pemerintah Republik Indonesia, syarif kasim mendorong para raja di Sumatera Timur untuk turut mendukung dan mengintegrasikan diri dengan Republik Indonesia.

Setelah wafat, Sultan Syarif Kasim dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia berdasarkan Keppres No.109/TK/1998 atas jasa-jasanya bagi Indonesia. Tidak hanya itu, nama Syarif Kasim pun diabadikan sebagai nama bandara internasional di Riau, yakni Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun