Mohon tunggu...
Kamila NadaAlisha
Kamila NadaAlisha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Budi Luhur Jakarta

Saya adalah mahasiswi jurusan kriminologi. Saya sangat tertarik dengan bidang ini semenjak saya masih duduk dibangku SMP, dan alhamdulillahnya saya bisa berkuliah dengan jurusan yang saya dambakan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Balik Reaktivitas Masyarakat di Platform Online: Kepedulian yang Sehat atau Keterbatasan Kemampuan Menyaring Kebenaran Informasi?

19 Agustus 2024   11:24 Diperbarui: 19 Agustus 2024   11:51 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya peduli sesama sudah ada di Indonesia sejak dahulu. Warga di Indonesia sangat suka membantu sesama. Mulai dari hal yang kecil hinggal hal-hal yang besar dan penting. Indonesia memiliki tradisi yang cukup kuat akan kepedulian antar sesama. Namun seiring berjalannya waktu, kini sudah banyak orang orang yang mulai kurang peduli akan sesama.

Di era sekarang ini, aplikasi sosial media sangat marak digunakan di segala kalangan. Mulai dari anak-anak, hingga orangtua. TikTok, Instagram, YouTube, X (twitter), Facebook, dan aplikasi sejenis lainnya adalah aplikasi yang sangat sering digunakan. Sebetulnya, di aplikasi ini kita juga bisa mendapatkan informasi-informasi mengenai segala hal yang terjadi. Tak hanya yang terjadi di Indonesia, namun kita juga bisa mendapatkan informasi-informasi mengenai negara-negara lainnya.

Di aplikasi tersebut, banyak orang-orang yang mengunggah tentang kehidupannya. Tak sedikit juga orang-orang mengunggah tentang musibah yang sedang mereka alami. Pada aplikasi-aplikasi tersebut terdapat bagian komentar, disana kita bisa menomentari video atau foto yang diunggah. Dalam suatu unggahan kita bisa melihat beberapa jenis komentar, mulai dari komentar yang pro terhadap unggahan tersebut hingga yang kontra terhadap unggahan tersebut.

Warga Indonesia memang sangat mudah untuk dipengaruhi dengan berita apapun. Karena memang banyak berita bohong atau hoax yang disebarluaskan. Bahkan survei mengatakan hampir 60 persen dari pengguna sosial media sudah terpapar berita bohong atau hoax.

Akhir-akhir ini banyak orang yang menggunakan aplikasi tersebut untuk meluapkan kekesalannya. Mereka menggunggah video atau foto yang cukup menguatkan opininya untuk membuat orang lain yang melihatnya ikut kesal ataupu membantunya akan "masalah" yang terjadi. Ratusan hingga ribuan komentar akan tiba pada unggahan tersebut, berbagai macam komentar akan banyak ditemukan, ada yang pro terhadap unggahan tersebut namun ada juga yang kontra terhadap unggahan tersebut. Banyak orang-orang yang ikut "bersimpati" walaupun mereka tidak tahu apa yang terjadi dan hanya ikut-ikutan. Biasanya tak lama setelah unggahan tersebut "viral", jika permasalahannya serius, permasalahan tersebut akan dibawa ke ranah hukum atau ke jenjang yang lebih serius untuk diselesaikan..

Setelah masalah tersebut selesai diselidiki, dicari tahu kebenarannya, dan misalnya hasil yang keluar adalah kontra terhadap unggahan yang di unggah sebelumnya, orang-orang yang awalnya pro terhadap unggahan tersebut bisa berubah langsung kontra terhadap unggahan tersebut. Sampai beberapa orang mengatakan banwa sebenarnya orang Indonesia ini sangat gampang dihasut pikirannya, ada juga yang mengatakan bahwa sebenarnya orang Indonesia ini bermuka dua karena saat kebanyakan orang pro terhadap suatu unggahan yang belum jelas kebenarannya, orang Indonesia tak berfikir dua kali untuk pro terhadap unggahan tersebut begitu juga sebaliknya.

Jadi aplikasi sosial media tidak selalu membawa kebenaran untuk kita. Kita tidak bisa menemukan kebenaran dengan hanya melihat suatu unggahan, terkadang unggahan orang lain bisa jadi adalah berita yang belum tentu kebenarannya, membuat berita tersebut menjadi bahan gossip. Maka dari itu sangatlah penting untuk kita tidak langsung percaya akan sebuah unggahan orang lain. Karena aka nada dampak dari berita bohong dan gossip tersebut, mulai dari kerusakan reputasi, perpecahan sosial hingga kerugian ekonomi. Untuk kedepannya lebih baik untuk kita mencari tahu kebenarannya.

Terus berhati-hati dalam memilah berita yaa!

Kamila Nada mahasiswa Kriminologi Univeristas Budi Luhur Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun