DPR dan Tobat Nasuha : “Kedaulatan Rakyat Harga Mati”
“Kalau kita lapar itu biasa, Kalau kita malu itu juga biasa, Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!”…. Ya, itulah penggalan pidato bapak proklamator kita ‘Soekarno’ untuk membangkitkan semangat perlawanan rakyatnya ketika terjadi konfrontasi dengan Malaysia yang dengan sengaja mengusik kedaulatan Indonesia. Dampaknya luar biasa, jutaan rakyat Indonesia secara sukarela ‘mati’ untuk harga diri bangsa.
Tentunya penggalan pidato bapak proklamator kita ‘Soekarno’ itu sangat relevan dengan kondisi kebangsaan saat ini, disaat ‘kedaulatan dan harga diri’ bangsa justru tercabik-cabik dan diinjak-injak oleh elit-elit politik yang senantiasa melacurkan dirinya, menggadaikan kehormatannya, menghisap keringat dan darah rakyatnya, serta dengan sengaja menaburkan benih kebencian dan semakin berani melakukan konfrontasi terbuka dengan rakyatnya. Seandainya ‘Soekarno’ itu masih ada, isi orasinya tentu tidak akan jauh berbeda ketika menyerukan konfrontasi dengan Malaysian dan tentu beliau akan kembali berteriak :
“Kalau kita lapar itu biasa, Kalau kita malu itu juga biasa, Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Dewan yang merasa terhormat, kurang ajar!”….
Ya, Inilah periode dimana kedaulatan rakyat dan kedaulatan Indonesia justru digerogoti oleh elit politik yang diberikan mandat oleh rakyatnya dengan ‘kode misi’ Politik penindasan dan mari miskinkan rakyat kita. Inilah agenda kolonialisme yang justru didalangi dan dilakoni oleh pemegang mandat rakyat. Agresi yang sebenarnya melebihi hakikat kolonialisme itu sendiri dan apalagi praktek premanisme.
Tapi disadari atau tidak, dalam kurun waktu tersebut seiring dengan merajalelanya kebiadaban elit-elit politik tersebut justru semakin menumbuhkan kesadaran politik kolektif rakyat Indonesia, menyuburkan benih perlawanan terhadap elit-elit tersebut akan polah dan perilakunya yang dari hari ke hari semakin menjijikkan. Kedaulatan rakyat adalah kedaulatan Indonesia, dan kedaulatan Indonesia adalah harga mati.
Kembali membayangkan seandainya ‘Soekarno’ ada, tentu beliau akan melanjutkan seruannya :
“Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat”.
DPR, marilah tobat nasuha.
Salam perjuangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H