Masihkah Nusantara Seindah di "NUSANTARANYA" KOES PLUS? Siapa yang tak kenal Grup Musik legendaris KOES PLUS dg ratusan lagu yang telah tercipta dan dari beperapa lagu yg di ciptakanya adalah lagu nusantara hingga 8 album Nusantara I menjadi bahan pijakan dari lirik lagu Nusantara selanjutnya,Nusantara I sampai VIII memuat pandangan sosiologis, estetis sekaligus historis grup musik Koes Plus terhadap Indonesia. Satu dan lainnya memiliki beberapa karakteristik yang unik berupa pengulangan kata. Dalam hal ini terdapat beberapa macam pengulangan. Pertama, kata-kata yang diulang mewakili unsur alam yang sangat penting dan mendasar bagi manusia. Sebut saja tanah, air, dan hutan. Nusantara 1 “kuharap kau tidak akan cemburu….melihat hidupku hidupku bebas selalu kawanku….tiada yang memburu oh di nusantara yang indah rumahku….kamu harus tahu tanah permata tak kenal kecewa….di khatulistiwa hutannya lebat seperti…..rambutku gunungnya tinggi seperti…..hatiku lautnya luas seperti….jiwaku alamnya ramah seperti….senyumku” Nusantara II Setiap pagi berseri-seri,. Nusantara Sepanjang siang bergembira, nusantara Malam bulan bersinar terang Semua bernyanyi riang, bersahut-sahutan Nusantara betapa indah Nusantara betapa sayang Untaian permata Nusantara Kaya Nusantara Subur Nusantara Di khatulistiwa Setiap pagi berseri-seri. Nusantara Sepanjang siang bergembira nusantara Malam bulan bersinar terang Semua bernyanyi riang, bersahut-sahutan Nusantara betapa Aman Betapa Tenteram Untaian permata Nusantara Betapa ramah Nusantara betapa Cerah Nusantara di Khatulistiwa Kolam Susu Bukan lautan hanya kolam susu Kail dan jalan cukup menghidupimu Tiada badai tiada topan kau temui Ikan dan udang menghampiri dirimu Bukan lautan hanya kolam susu Kail dan jala cukup menghidupmu Tiada badai tiada topan kau temui Ikan dan udang menghampiri dirimu Orang bilang tanah kita tanah surga tongkat kayu dan batu jadi tanaman Orang bilang tanah kita tanah surga tongkat kayu dan batu jadi tanaman Seandainya Tonny Koeswoyo masih hidup, tentu ia akan kaget. Banyak lagu ciptaannya yang sudah kehilangan relevansi. Hutan tidak lagi lebat karena maraknya penggundulan, kicau burung berganti raungan mesin, pencemaran air di laut dan sungai, serta sawah ladang yang ditanami gedung bertingkat. Harapan kita, semoga lagu Nusantara tetap didengarkan dan menjadi kritik sosial agar kita senantiasa menjaga keseimbangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H