Bukan Buku Nikah (BBN) adalah buku kelima yang ditulis oleh Ria Ricis yang notabene adalah seorang YouTuber terkenal di Indonesia. Kecakapan menulis Ricis tentu tak perlu diragukan lagi, karena beberapa buku sebelumnya berjudul "Saya Pamit Jilid 2" dan "Next." masih merajai sepuluh besar di beberapa titik Gramedia dan toko buku online di Indonesia. Ricis juga merupakan National Bestseller Author dari ketiga buku tersebut.
Ricis menganggap BBN istimewa karena buku ini merupakan diary yang tidak pernah ia terbitkan dan diangkat dari kisah nyata hidupnya. BBN tersedia dalam dua versi yang dapat dibedakan langsung dari sampul bukunya. BBN versi pertama memiliki sampul berwarna hijau tua dengan siluet wanita berhijab berwarna gold. Sampul buku ini terinspirasi dari judul buku itu sendiri, yaitu buku nikah. Sedangkan BBN versi kedua memiliki sampul bernuansa pink dan biru, dengan tambahan siluet wanita berhijab sedang mengangkat tangan dan kepala sedikit menunduk, persis seperti orang sedang berdoa. Â
Bukan Buku Nikah mengangkat tiga karakter utama sekaligus yaitu Ricis, Awan, dan Rangga. Kehadiran tiga karakter utama ini mampu membuat alur BBN seperti roller coaster. Selanjutnya, BBN juga menghadirkan beberapa karakter pendukung, seperti Ibu, Mba Oki, ChaCha, Atika, Aryes, Vazo, dan Derry sebagai sahabat dan keluarga Ricis. Kehadiran karakter-karakter pendukung ini lebih menghidupkan cerita BBN. Namun demikian, beberapa karakter dalam buku ini juga disamarkan agar privasinya tetap terjaga.
Bukan Buku Nikah bercerita tentang perjalanan cinta Ricis yang sering mendapati kegagalan. Beberapa kegagalan cinta yang dialaminya seperti, hubungan tanpa status, cinta lokasi, terjebak friendzone, ditipu, digantungin, cinta berkedok sahabat, cemburu tanpa alasan, bahkan cinta segitiga. Selain itu, buku ini juga mengangkat kisah kelam yang dialami Ricis sebagai perantau baru di kota Jakarta. Dikisahkan setelah mengikuti casting, Ricis pulang dengan taksi. Di tengah perjalanan Ricis diturunkan oleh sopir taksi karena tidak jelas tujuannya. Padahal, Ricis kira sopir taksi tersebut sudah mengetahui alamat yang Ricis sampaikan dan dia tinggal duduk tenang higga tiba di rumah dengan selamat. Akhirnya Ricis menelpon Mba Oki untuk menjemput dirinya karena dia belum hafal jalan di kota Jakarta. Kejadian tersebut menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Ricis. Â
Namun, untuk sejauh ini bagian cerita  yang paling menguras emosi pembaca adalah cinta segitiga antara Awan, Ricis, dan Rangga. Dikisahkan Ricis menjalin hubungan spesial dengan Awan. Namun sempat renggang karena Awan tidak ada kejelasan. Lalu, datanglah Rangga sebagai sosok penglipur lara. Selama mereka kenal Ricis kembali bersemangat dan menganggap Rangga sebagai sahabat baik, karena dia tidak ingin berharap lebih. Tetapi, beberapa waktu kemudian, Awan kembali dengan penyesalannya dan meminta kesempatan kedua kepada Ricis. Ricis menerima iktikad baik Awan dan meminimalisir komunikasi dengan Rangga untuk menjaga perasaan Awan. Namun demikian, Ricis tidak bisa bersama Awan karena terhalang restu. Dan pada akhirnya, Ricis memilih melanjutkan perjalanan mencari cinta sejati dengan tidak kembali kepada keduanya dan memilih mencari orang baru. Â
Lika-liku perjalanan cinta Ricis dalam menanti dan mencari cinta sejati, membuat keluarga dan sahabatnya bersimpati lebih terhadap dirinya. Peran keluarga dan sahabat  jelas terlihat saat memberikan dukungan kepada Ricis. Ibu yang menjadi tempat mengadu, Mba Oki yang selalu memberi nasehat, dan sahabat yang selalu ada di saat senang maupun sedih yang Ricis alami. Bagian cerita ini, juga tak kalah menguras emosi pembaca. Sehingga tak heran, jika banyak pembaca yang ikut terbawa suasana.
Beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari BBN yaitu belajar ilmu ikhlas, ilmu sabar dan ilmu kuat. Apalagi sebagai perempuan yang terkesan sebagai sosok yang lemah, Ricis justru menentang kesan tersebut. Meskipun Ricis selalu gagal, dia tetap mau berusaha dan bangkit menguatkan kedua kakinya untuk terus maju. BBN juga mengajarkan untuk menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain, agar tidak terjadi kesalahpahaman. Selain itu, BBN mengajak kita untuk senantiasa menggantungkan harapan kepada Allah Swt. dan belajar mencintai diri sendiri sebalum mencintai orang lain. Serta tidak lupa, BBN juga mengajarkan kita untuk saling mendukung dan menyemangati sebagai sebuah keluarga.
Sebagai pembaca saya suka BBN karena nilai-nilai moralnya sangat memotivasi. BBN direkomendasikan untuk remaja dan dewasa penikmat genre romantis. Bahasa yang digunakan dalam BBN tidak terlalu berat sehingga mudah dipahami. Tulisan dan visualisasi BBN juga menarik dengan penambahan gambar yang tidak terlalu mencolok. Namun, kekurangan BBN dan kedua versi buku itu sendiri yang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri. Sampul buku BBN versi kedua lebih menarik karena warnanya lebih terang dibandingkan BBN versi pertama yang warnanya lebih gelap. Kemudian dari segi isi cerita, BBN versi kedua dilengkapi barcode podcast sedangkan di BBN versi pertama tidak ada. Sedangkan dari segi harga, BBN versi pertama lebih murah dibandingkan BBN versi kedua. Dan tentunya, penerbitan BBN versi pertama lebih awal diabndingkan penerebitan BBN versi kedua. Oleh karena beberapa hal tersebut, pembaca kerap dibuat bingung untuk membeli BBN versi yang pertama atau yang kedua. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H