Teknologi informasi dan internet telah memungkinkan akses mudah dan cepat ke berbagai produk digital seperti aplikasi, permainan, konten digital, dan layanan berlangganan. Namun, kehadiran produk digital ini juga dapat memiliki dampak pada perilaku konsumtif masyarakat. Dalam artikel ini, saya akan membahas pengaruh produk digital terhadap perilaku konsumtif masyarakat.
Perilaku konsumtif merupakan perilaku suatu  kebiasaan seseorang secara terus-menerus membelanjakan uang dalam jumlah yang berlebihan dan tidak terkendali, bahkan ketika barang atau layanan yang dibeli tidak diperlukan secara langsung atau tidak memberikan manfaat jangka panjang. Perilaku konsumtif sering kali didorong oleh dorongan emosional, tekanan sosial, dan pemenuhan keinginan.
Salah satu pengaruh utama produk digital terhadap masyarakat konsumtif adalah adanya kemudahan aksesibilitas dan kenyamanan dalam berbelanja. Dengan adanya aplikasi dan platform e-commerce, masyarakat dapat dengan mudah membeli berbagai produk dan layanan secara online. Proses pembelian yang cepat dan praktis ini dapat memicu perilaku impulsif, di mana seseorang cenderung membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Selain itu, media sosial juga memiliki peran penting dalam meningkatkan perilaku konsumtif. Melalui platform media sosial, individu dapat terpapar dengan berbagai konten promosi, penawaran diskon, dan gaya hidup yang menggoda. Dorongan untuk memiliki barang-barang terbaru dan mengikuti tren yang sedang berkembang seringkali muncul karena pengaruh media sosial.Â
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua individu akan menjadi konsumtif akibat pengaruh produk digital. Ada juga masyarakat yang mampu menggunakan produk digital dengan bijaksana, memilih untuk fokus pada kebutuhan yang sebenarnya, dan menghindari godaan untuk membeli secara berlebihan.
Kemudahan Akses dan Pembelian: Produk digital, seperti aplikasi e-commerce dan platform belanja online, memberikan kemudahan aksesibilitas yang tinggi bagi konsumen. Masyarakat dapat dengan mudah mencari, membandingkan, dan membeli produk melalui perangkat digital. Hal ini dapat mendorong impulsifitas belanja dan meningkatkan pola konsumsi yang tidak terencana.
 Pemasaran yang Agresif: Perusahaan digital menggunakan berbagai strategi pemasaran yang agresif untuk menarik perhatian konsumen. Iklan berbasis internet, konten sponsor, dan promosi khusus seringkali muncul di berbagai platform digital. Hal ini dapat merangsang keinginan untuk membeli produk atau layanan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Pada era digital sekarang, banyak produk yang mempunyai peran penting dikehidupan masyarakat. Teknologi informasi menjadikan akses menjadi fleksibel. Seperti Aplikasi, konten digital dll. Tetapi kehadiran produk tersebut berdampak pada perilaku konsumtif masyarakat.
Perilaku Imitasi: Produk digital, terutama media sosial, menciptakan lingkungan di mana masyarakat sering kali membandingkan diri mereka dengan orang lain. Pamer gaya hidup dan kepemilikan materi di media sosial dapat mendorong perilaku imitasi yang bertujuan untuk memperoleh pengakuan dan validasi sosial. Akibatnya, konsumen cenderung membeli barang-barang yang populer dalam upaya untuk meniru atau mencapai status yang diinginkan.
Selain itu, produk digital juga dapat memperkuat persepsi nilai barang atau layanan yang tinggi. Melalui penggunaan teknik pemasaran yang canggih, seperti gambar yang menarik, ulasan positif, dan endorsement oleh selebriti atau influencer, perusahaan dapat menciptakan citra produk yang menggoda dan dianggap bernilai tinggi oleh konsumen. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku konsumtif, di mana konsumen cenderung membeli produk dengan harga yang lebih tinggi atau berlangganan layanan yang mahal tanpa mempertimbangkan secara rasional nilai sebenarnya yang mereka dapatkan.
Selain dampak positif, produk digital juga memberikan kontribusi terhadap perilaku konsumtif yang berlebihan melalui mekanisme penawaran diskon dan penjualan flash. Diskon besar-besaran dan penjualan terbatas waktu dapat memicu keinginan untuk membeli produk secara impulsif, seolah-olah ada kesempatan yang terbatas. Konsumen dapat merasa tertekan atau takut kehilangan kesempatan tersebut, yang mendorong mereka untuk melakukan pembelian yang tidak terencana.