Mohon tunggu...
Alifrulloh Harpandega
Alifrulloh Harpandega Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Antara Dua Perairan: Kembalinya Wacana Terusan Kra dan Analisis Persaingan Kepentingan Thailand-China dengan Indonesia-Singapura

24 Maret 2024   00:59 Diperbarui: 24 Maret 2024   01:30 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
singaporeuncensored.com 

Dua jalur maritim utama yang menghubungkan Asia Tenggara dengan pasar global, Selat Malaka dan Laut China Selatan, telah menjadi pusat perhatian dalam dinamika geopolitik regional. Wawancara tentang pembangunan Terusan Kra telah muncul kembali dalam beberapa tahun terakhir, menghasilkan analisis menyeluruh tentang konflik kepentingan antara Thailand-China dan Indonesia-Singapura. 

Pembangunan Terusan Kra, sebuah rencana besar yang telah diperdebatkan selama berabad-abad, sekarang menimbulkan suara pro dan kontra di kalangan pemangku kepentingan di seluruh wilayah. Bagi Thailand dan China, pembangunan terus-menerus ini adalah langkah strategis untuk memperluas akses perdagangan mereka dan mengurangi ketergantungan mereka pada jalur maritim yang saat ini dikuasai oleh Indonesia dan Singapura. Namun, bagi Indonesia dan Singapura, munculnya Terusan Kra dapat mengancam dominasi mereka dalam mengelola lalu lintas maritim dan perdagangan di wilayah tersebut.

Sejarah Dan Signifikasi Terusan Kra

Proyek Terusan Kra dimulai pada tahun 1677 oleh Raja Nara dari Kerajaan Ayutthaya di Thailand. Beliau mengirim insinyur Prancis ke Tanah Genting Kra untuk menilai potensi pembangunan kanal atau terusan yang dapat menghubungkan Teluk Thailand di timur dengan Laut Andaman di barat. Namun, karena keterbatasan teknologi pada saat itu, proyek tersebut ditolak. Tetapi ide ini muncul lagi dan lagi selama beberapa abad berikutnya. Ini terjadi pada tahun 1793, ketika seorang mantan jenderal Kerajaan Ayutthaya mengusulkannya lagi. Pemerintah Thailand dan Inggris setuju untuk tidak membangun terusan di Kra pada tahun 1897 agar dominasi pelabuhan Inggris di Singapura tidak terganggu. Meskipun ide pembangunan terus-menerus tidak pernah terwujud, Thailand memulai pembangunan jalan kargo yang melintasi Tanah Genting Kra pada tahun 1993. Abad kedua puluh satu, terutama pada tahun 2020, diskusi tentang proyek Terusan Kra kembali muncul. Ini terutama karena tekanan dari pemerintah China yang ingin membangun jalur perdagangan alternatif yang akan meningkatkan pengaruhnya di wilayah Laut Cina Selatan dan mengurangi ketergantungannya pada Selat Malaka dan Singapura.

  • Alasan Munculnya Wacana Tersebut

Dengan meningkatkan akses perdagangan antara Laut Andaman dan Teluk Thailand dan mempercepat distribusi barang, proyek ini memiliki potensi besar untuk mengubah kondisi ekonomi Asia Tenggara. Namun, keuntungan ekonomi yang diharapkan bagi Thailand juga dapat mempengaruhi dinamika politik dan ekonomi regional dengan mengubah keseimbangan kekuatan dan memberikan Thailand keuntungan ekonomi yang lebih besar daripada negara-negara sekitarnya seperti Indonesia. Selain itu, pembangunan infrastruktur seperti terusan memiliki efek lingkungan yang signifikan, seperti perubahan habitat, kerusakan ekosistem, dan pencemaran lingkungan. Efek-efek ini dapat menyebabkan separatisme dan konflik sosial di daerah yang terdampak. Terakhir, kekhawatiran tentang ketergantungan China terhadap ekonomi dan politik telah muncul sebagai akibat dari peran China dalam mendorong pembangunan Terusan Kra, yang memperkuat pengaruhnya di wilayah tersebut. Dengan semua konsekuensi ini, pembangunan Terusan Kra menjadi masalah yang rumit dan kontroversial yang memerlukan diskusi menyeluruh tentang manfaat dan risikonya bagi semua pihak yang berpartisipasi.

  • Datangnya Ambisi China

terresottovento.altervista.org 
terresottovento.altervista.org 
Proyek Terusan Kra menarik perhatian China karena dianggap sebagai alternatif yang lebih hemat biaya untuk perdagangan regional. Jalur perdagangan utama melalui Selat Malaka saat ini menghadapi beberapa hambatan, termasuk kemacetan lalu lintas kapal dan kemungkinan konflik politik di daerah tersebut. Terusan Kra akan memberi China akses langsung ke Laut Andaman dan Teluk Thailand, yang memungkinkan impor dan ekspor barang dengan waktu yang lebih cepat dan biaya yang lebih rendah. Ini akan meningkatkan hubungan perdagangan China dengan negara-negara Asia Tenggara dan pasar global lainnya. China telah aktif menginvestasikan dalam proyek infrastruktur di seluruh dunia, termasuk di Asia Tenggara, sebagai bagian dari Belt and Road Initiative (BRI). China dapat memperkuat posisinya sebagai pemimpin ekonomi regional dan membangun hubungan politik dan ekonomi yang lebih erat dengan negara-negara di sekitarnya dengan berinvestasi dalam proyek Terusan Kra. China dapat memperkuat hubungan diplomatik dengan Thailand dan negara-negara tetangga lainnya dengan menjadi mitra utama dalam pembangunan infrastruktur penting di wilayah tersebut. Ini memberi China akses lebih besar ke pasar dan sumber daya alam di wilayah tersebut, memperkuat posisinya sebagai pemimpin diplomasi regional. Investasi China dalam proyek Terusan Kra juga menguntungkan ekonomi domestik. Perusahaan konstruksi China dan sektor lain akan memiliki kesempatan untuk memperluas operasi dan mengekspor lebih banyak teknologi dan peralatan melalui proyek ini. Ini akan menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri China.

Persaingan Kepentingan Yang Tercipta

Proyek Terusan Kra pertama kali muncul dari ide Raja Nara yang Agung pada tahun 1677. Raja mengirim insinyur Prancis untuk melihat apakah membangun terusan di Tanah Genting Kra dapat membantu Thailand mengakses Laut Andaman dan Teluk Thailand. Namun, proyek tersebut tertunda karena kekurangan sumber daya dan teknologi. Gagasan Terusan Kra telah menjadi perdebatan selama berabad-abad. Saat ini, dengan pembangunan Terusan Kra, Thailand dapat menjadi pusat logistik regional. Dengan proyek ini, akan ada jalur perdagangan yang lebih cepat dan efisien antara Laut Andaman dan Teluk Thailand, mengurangi ketergantungan pada Selat Malaka yang padat dan rentan terhadap kemacetan saat ini. Dengan menjadi tuan rumah proyek infrastruktur besar seperti Terusan Kra, Thailand dapat meningkatkan kemerdekaan nasionalnya dan memperkuat peran utamanya dalam politik dan ekonomi regional. Selain itu, Thailand dapat mengambil manfaat dari inisiatif ini untuk meningkatkan hubungan diplomatiknya dengan negara-negara mitranya, termasuk China, yang ingin melakukan investasi dalam pembangunan Terusan Kra.

  • Analisis Persaingan Yang Ditimbulkan

China sangat tertarik untuk membangun Terusan Kra karena proyek ini dapat memberikan banyak manfaat strategis dan ekonomis bagi negara tersebut. Ini disebabkan oleh upaya untuk meningkatkan akses perdagangan, memperkuat kedaulatan maritim, meningkatkan kekuatan politik dan ekonomi, dan memperkuat kendali atas Laut China Selatan. Terusan Kra akan memberi kapal dagang China cara yang lebih aman dan lebih cepat untuk mencapai pelabuhan di Laut Cina Selatan. Saat ini, kapal-kapal China harus melalui Selat Malaka, yang rentan terhadap kemacetan dan risiko keamanan. China dapat mengurangi ketergantungannya pada jalur perdagangan yang rentan dengan membangun Terusan Kra. Dengan memiliki akses langsung ke Terusan Kra, China dapat memperkuat kedaulatan maritimnya dan mengurangi ketergantungannya pada jalur perdagangan yang dikontrol oleh negara lain.

Pengembangan Terusan Kra memicu persaingan yang rumit antara Indonesia-Singapura dan Thailand-China, yang mencakup kontrol, dampak ekonomi, keamanan, dan lingkungan. Indonesia-Singapura khawatir bahwa Terusan Kra dapat mengancam posisi mereka dalam mengatur lalu lintas maritim di Selat Malaka. Mereka mungkin khawatir bahwa Thailand dan China akan mengambil alih kontrol jalur perdagangan Asia Tenggara melalui pembangunan Terusan Kra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun