Mohon tunggu...
Nurul
Nurul Mohon Tunggu... Wirasawasta -

Founder KamehaShop.com and an ordinary mother who love to crafting :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sedih Saya, di Indonesia Tercinta Ini Ternyata Banyak yang Masih "Buta Huruf"

27 Desember 2015   04:38 Diperbarui: 27 Desember 2015   09:36 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

ini artikel pertama saya di Kompasiana, jadi mohon bimbingan dan saran membangun dari segenap pembaca, terima kasih. 

Saya tadi ada baca artikel dari mas Idris Apandi dengan judul wisata literasi, dengan titimangsa 25 Desember 2015.

Isi artikelnya lebih kurang mengenai mengisi liburan dengan membaca. Artikel tersebut saya klik nilai Aktual, karena kebetulan saja satu hari sebelumnya saya berhadapan dengan situasi yang membuat saya sedih dan sedikit marah, sampai-sampai meluap dalam bentuk status di facebook saya:

"Sedih saya....,
di Indonesia tercinta ini ternyata banyak yg masih "buta huruf",
buktinya meskipun pendidikannya tinggi (lebih dari SMA),
tapi ternyata tidak bisa membaca peraturan.

yuk budayakan gemar membaca,
yuk berantas "buta huruf intelek"

mohon maaf jika ada pihak yg tersinggung atas status ini."

Kesedihan dan sedikit kemarahan saya itu berawal dari adanya inbox masuk ke akun toko online saya di salah satu situs marketplace. Sebetulnya pesan masuk tersebut isinya hal-hal umum yg terjadi dalam dagang online, yaitu komplain dari seorang customer kepada penjual. Namun yg luar biasa dalam pesan masuk tersebut adalah, customer tersebut komplain salah alamat, dia membeli sebuah produk pada toko sebelah, sudah beberapa hari namun belum ada kejelasan status pemesanannya, dan dia komplain sama saya. Saya kemudian balas pesan masuk dari yg bersangkutan, saya jelaskan bahwa transaksi yg dilakukannya bukan dengan saya, jadi saya tidak bisa membantu. Customer tersebut tetap ngotot dan menyalahkan saya. Saya kemudian mengirimkan pesan berupa link tata cara beli di situs marketplace itu, dan apa yg terjadi? Customer tersebut kemudian membaca aturan tata cara beli dan baru menyadari kesalahannya. Case semacam ini kemudian mengingatkan saya pada banyak kejadian yg menurut saya lucu, seperti menanyakan keterangan produk yg jelas-jelas sudah tertulis pada deskripsi produk.

Lain cerita, beberapa minggu yg lalu saya bersama suami dan anak berada di toko buku di sebuah mall, anak saya sibuk menelusuri rak-rak buku disitu untuk mencari buku komik ensiklopedi yg dia inginkan, dan disebelah anak saya ada seorang anak yg sedang merengek minta dibelikan buku komik ensiklopedi seperti yg anak saya inginkan, dan anehnya si Ibu anak tersebut malah berkata kepada anaknya "buat apa beli buku, dibaca aja ngga, mendingan beli makan aja yuk."
Ya Tuhan....., bagaimana mau senang membaca, minta beli buku saja dialihkan ke makanan :(, padahal komik adalah salah satu langkah awal untuk senang membaca.

Case-case tadi mungkin dianggap hal yg sepele dan umum terjadi di masyarakat, tapi buat saya itu merupakan sebuah gambaran, bagaimana saktinya budaya "tutur tinular" di negeri ini.

Yuk kita budayakan gemar membaca, malu dong kalo menyandang titel sarjana tapi masih "buta huruf".

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun