Menu yang dibawa di antaranya dua porsi ikan gabus goreng, dua potong perkedel kentang, satu porsi ayam goreng, satu porsi asam udang khas Aceh, satu porsi sayur urap, dua porsi sie (daging) goreng. Kemudian, masing-masing satu porsi kari kambing dan gulai ikan gabus. Diikuti pesanan tambahan, tiga gelas es pepaya kerok.
Sekali suapan, cita rasa Warung Bang Din menempel di ingatan. Wabil khusus sie goreng, daging yang dipotong tipis itu digoreng seperti pada umumnya, namun rasanya begitu spesial, menyatu antara rasa manis, sedikit asin dan kriuk, pecah di dalam mulut.
Kemudian, rasa gurih gulai ikan gabus menyempurnakan santap siang hari itu. Gulai ikan gabus terasa segar, kaya akan rempah-rempah, ada sedikit potongan daun rebung kala, tipikal kuah kental.
Secara keseluruhan menu makan siang di Warung Bang Din sedap sekali. Rasa puas seimbang dengan biaya yang harus kami keluarkan Rp200 ribu untuk tiga orang.
Masakan tertentu butuh tangan dingin Bang Din
Setelah melahap makan siang, saya berencana mau bertemu dengan pemilik Warung Bang Din. Seorang perempuan berbaju hitam menghampiri meja kami memberitahukan pemilik sedang tidak berada di tempat. Perempuan itu adalah Fitri, istri pemilik Warung Bang Din. Nama Warung Bang Din diambil dari panggilan nama sang suami yaitu 'Bang Din'.
Menurut perempuan ramah itu, Warung Makan Bang Din sudah buka sejak sebelum tsunami Aceh, hampir 20 tahun. Warung Bang Din mendapatkan hati tersendiri bagi masyarakat pecinta masakan khas Aceh.
Fitri mengaku jauh sebelum adanya Warung Bang Din yang seperti sekarang. Sang suami pernah jualan di depan warkop orang, tidak pernah tetap, sering berpindah dari satu warkop ke warkop lain.
"Dulu pas awal-awal, jualannya di depan warkop orang. Pindah dari satu warkop ke warkop lain. Seiring berjalannya waktu, hingga akhirnya menetap di tempat sekarang," kata Fitri.
Dari banyak menu yang tersaji, kata Fitri, ada beberapa menu yang tidak tersajikan tanpa campur tangan Bang Din. Seperti gulai ikan gabus dan kari kambing. Kedua masakan khas Aceh ini setiap hari menanti sentuhan dingin tangan Bang Din.