Semilir angin berhembus dari arah kiri dan kanan masjid yang terbuka, belasan kipas angin dinding terus berputar memberikan kesejukan. Disepanjang jalan jama'ah salat ied tergopoh-gopoh menuju masjid agar mendapat shaf terdepan. Takbir menggema hingga ke pelosok desa. Di dalam masjid duduk Fahmi termenung, matanya kosong, mulutnya terus mengucapkan takbir.
Allhu Akbar, Allhu Akbar, Allhu Akbar. La Ilaha Illallahu Wallahu Akbar. Allahu Akbar Wa Lillahil Hamdu.
***
Fahmi merasa lebaran kali ini sedikit berbeda dengan sebelumnya. Dua hari menjelang lebaran, bertepatan dengan kepulangannya dari perantauan, Ibunda mengalami musibah kecelakaan.
Mendapat kabar itu, Fahmi sangat syok, pasalnya kejadian itu tidak berselang lama setelah dirinya berbincang dan melepas rindu dengan Ibunda. Ibunda mengalami kecelakaan sepeda motor saat sedang mencari peralatan dapur untuk berbuka.
Ibunda Fahmi kecelakaan di kota, berjarak tiga kilometer dari rumahnya. Setiba di lokasi kejadian, Fahmi sangat terpukul melihat Ibunda tergeletak di emperan toko, dikelilingi orang-orang. Ia menerobos, Ibunda tampak lemas tidak berdaya.
Dalam ketidakberdayaan Ibunda berkata, "tulang belakang Ibu tidak bisa digerakin," ucap Ibunda menahan rasa sakit. Fahmi mencoba untuk tetap tenang, sambil mencari solusi.
Dalam sekejap, Fahmi mengambil keputusan, agar Ibunda mendapat perawatan. Ia menyetop becak motor, dengan bantuan beberapa orang di lokasi, Ibunda sudah berada di kursi penumpang, Ibunda memeluk Fahmi yang duduk tepat dihadapannya.
Kadang, rumah sakit adalah pilihan yang sulit dibeberapa kesempatan. Fahmi memilih tempat tukang urut, karena keluhan Ibunda pada tulang bagian belakang. Perkiraan Fahmi, terkilir atau patah. Sehingga dia memutuskan membawa Ibunda ke tukang urut.
Ibunda sudah menjalani dua kali pengobatan di tempat tukang urut. Kondisi Ibunda masih tidak menentu, kadang rasa sakit masih menembus tulang belakangnya, kadang juga sedikit berkurang. Untuk sementara, mulai lebaran pertama hingga tiga, semua aktifitas pengobatan tutup, Ibunda terpaksa hanya bisa terbaring di kasur.
Biasanya, Fahmi dan Ibunda selalu pergi Salat Ied bersama. Dalam takbir yang terus diucapkan Fahmi, terselip do'a untuk kesembuhan Ibunda. Khatib mulai menaiki mimbar membaca rukun khutbah. Fahmi tidak sabar segera pulang memohon ampunan dari Ibunda.
Setiba di rumah, tangis Fahmi pecah, saat memeluk Ibunda dan memohon maaf. Sambil tertidur Ibunda ikut menangis memeluk anak bungsunya itu. Fahmi lalu berbisik pada Ibunda, "Ibu, terimakasih untuk semua do'a, cinta dan pengorbananmu," lirih Fahmi.