Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengingat bersama dengan cara menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Abdullah, 16 Tahun Bertahan Hidup Jadi Penambal Ban di Gubuk Reyot

11 November 2021   12:43 Diperbarui: 11 November 2021   13:48 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lapak jasa tambal ban dan gubuk reyot milik Abdullah | Dokumentasi Pribadi

"Sehari biasa ada 3 sampai 5 orang yang menambal ban. Penghasilan perhari kisaran Rp50-70 ribu. Tapi itu tidak menentu, kadang ada hari ini, tidak ada hari esok," cerita Abdullah.

Abdullah hijrah ke Banda Aceh usai Tsunami Aceh tahun 2004. Ekonomi yang sulit membuatnya terpaksa meninggalkan istri dan delapan orang anak di kampung. Saat ini, kata Abdullah, kedelapan anaknya bersama istri masih tinggal di kampungnya, di Sigli.

"Keluarga masih ada, delapan orang anak. Saya biasa sebulan sekali pulang kampung," ungkap Abdullah dengan tatapan kosong, seakan sedang merindukan keluarganya.

Abdullah tak berharap yang muluk-muluk, cukup mensyukuri apa yang telah diberikan Allah. Meski memiliki penghasilan tak menentu, setidaknya masih diberikan rezeki yang halal oleh-Nya. "Makan tetap sehari tiga kali, kadang kalau lagi gak ada pelanggan harus irit-irit, untuk jaga-jaga," tutup Abdullah.

Matahari mulai gagah menyinari, pertanda siang, kesibukan mulai mengucur tak terkendali, pegawai bank BSI sekitar sudah rapi, bersiap beristirahat selama satu jam. Siswa-siswi SD, SMP dan SMA Methodist Banda Aceh berbondong-bondong berlari, menerobos jalan, guna mendapatkan es campur Afuk spesial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun