Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengingat bersama dengan cara menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Machiavellinisme dan Langgam Politik Menghalalkan Cara Meraih Tujuan

31 Oktober 2021   09:13 Diperbarui: 31 Oktober 2021   09:25 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Niccolo Machiavelli | istimewa

Niccolo Machiavelli, namanya melekat dengan sebutan Machiavellinisme dengan pemahaman tujuan (politik) menghalalkan cara untuk meraih tujuan. Cara-cara yang dimaksud melingkupi Keamanan Nasional, Kemerdekaan Nasional, dan Undang-undang Dasar yang Kuat.

Ketiga hal itu, semua pembahasannya terfokus pada bagaimana caranya mengamankan tujuan politik agar sukses secara praktis.

Machiavelli adalah seorang filsuf masa Renaissance, diplomat, dan seniman drama yang lahir di Florentina tahun 1467. Karyanya yang berjudul Sang Pangeran (Il Principe atau The Prince) yang sangat berpengaruh pada perilaku politisi jahat sehingga namanya melekat sebagai sebutan politik yang menghalalkan segala cara demi meraih tujuan.

Dalam bukunya Sang Pangeran, Machiavelli berfokus pada teknik yang harus digunakan oleh para politisi yang ingin sukses meraih tujuan politiknya tanpa mempertimbangkan moral. Walaupun dianggap sebagai karya yang tidak bermoral, karya Machiavelli dikagumi karena integritas intelektualnya dan konsistensinya.

Tujuan politiknya benar-benar berharga. Belum pernah istilah "Tujuan menghalalkan Cara" menjadi lebih "layak" diterapkan dibandingkan teknik yang diajukan Machiavelli. Menurutnya, seorang politisi harus berhitung sampai mencapai keyakinan bahwa kekuatan sumber dayanya cukup dan harus bersemangat penuh untuk mencapai tujuan bagaimanapun caranya.

Penekanan dari ajaran teknik Machiavelli adalah bagaimana memanipulasi orang lain dan masyarakat awam untuk sebuah kekuasaan. Berkenaan dengan masalah kebajikan pun, ia juga menghubungkannya dengan kekuasaan.

Dia tidak mengajarkan seseorang untuk menjadi pemimpin atau penguasa bijak, tetapi jika kebijaksanaan dipandang bermanfaat untuk sebuah tujuan politik atau popularitas, kebijaksanaan adalah sebuah alat yang pantas digunakan.

Hal inilah yang mungkin membuat dia secara sempurna dibenci banyak orang. tetapi dia tidak peduli dengan kelemahan atau kemunafikan. Jika sebuah tujuan sudah diyakini kebaikannya dan pantas untuk diperjuangkan, yang menjadi masalah selanjutnya adalah menyiapkan seluruh alat dan cara untuk meraihnya, yang tentunya harus lebih kuat dari lawannya.

Tidak diragukan lagi, Sang Pangeran adalah buku petunjuk praktis bagi mereka yang kuat mentalnya dan tega melihat kenyataan pada sebuah lapangan politik yang terkadang tidak ramah.

Pandangan politik idealnya adalah sebuah republik yang dipimpin oleh seorang pangeran (prince), tetapi dengan pengawasan pihak orang bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun