Mohon tunggu...
Kamaruddin
Kamaruddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengingat bersama dengan cara menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepiring Inspirasi di Nasi Goreng Pak Syeh

19 Agustus 2021   10:31 Diperbarui: 19 Agustus 2021   15:44 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi goreng kampung Pak Syeh (Dokpri)

"Tidak ada contoh negara yang diuntungkan dari perang yang berkepanjangan." Sun Tzu.


"Bg syeh, nasi goreng kampung 2, 1 pake telur mata sapi + ayam goreng, jangan pake acar, banyakin kerupuk, nasinya sedang. 1 lagi pake telur dadar + ikan, banyakin acar, kerupuk sedang, nasi agak banyak, tambahin saos," pesan Bilal dalam satu tarikan nafas.

Senin malam, 16 Agustus 2021, saya bersama dua sahabat, Bilal Faranov dan Soraya Balkis, memutuskan untuk makan malam di nasi goreng 'Pak Syeh' yang berada di Pusat Pedagang Kaki Lima di Kawasan Darussalam, Banda Aceh. Berhubung Soraya sudah makan, dia hanya memesan lemon tea hangat tanpa gula.

Kursi plastik Napolly warna kuning tersusun rapi di belakang gerobak nasi goreng 'Pak Syeh'. "Silahkan duduk," Pak Syeh mempersilahkan.

Aroma smoky nasi goreng menembus indra penciuman yang sedari pagi tadi sumbat. Lalu lalang kendaraan hilir melintasi jalanan. Klakson dan sorot lampu mobil saling memberi isyarat ketika berpapasan. Lalu lintas malam itu tak terlalu padat, terkesan enggan masyarakat keluar, karena baru-baru ini Kota Banda Aceh kembali ke zona merah.

"Katrok lom Corona, barosa kagadoh siat, nyo katrok ilom (sudah datang lagi Corona, kemarin sudah hilang sebentar, ini udah datang lagi," keluh Pak Syeh kental dengan logat Acehnya berbarengan dengan bunyi wajan, pertanda pesanan kami sedang dalam diproses.

Modal Bahasa Inggris dan Peluang Hebat

Sementara itu, kami yang sedang menunggu pesanan, mulai larut dalam obrolan. Bilal mulai bercerita, tadi sore dia berkesempatan masuk ke Istana Wali Nangroe Aceh di Jalan Soekarno Hatta, Lampeuneurut, Aceh Besar, setelah mendapat undangan via WhatsApp dari salah seorang dosen, ini pertama kali dia masuk ke kompleks Meuligoe Wali Nanggroe yang dibangun di atas tanah seluas 11 hektare.

"Sangat luas, saya sangat berkesan, arsitekturnya pun hampir mirip dengan gedung putih," ucap Bilal takjub.

Disana, kata Bilal, mereka terpaksa harus menunggu di luar, karena ada pertemuan orang penting. "Sepertinya pembahasan di dalam itu berkaitan dengan ekonomi di Aceh, khususnya investasi," celetuk Bilal menduga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun