Seharusnya di bulan Ramdhan ini kita jadikan sebagai bulan empati, bulan untuk berbagi terutama kepada fakir miskin. Sebagaimana Hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya:
“Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berbuka puasa maka dia memperoleh pahalanya, dan pahala bagi yang (menerima makanan) berpuasa tidak dikurangi sedikitpun”. (HR. Tirmidzi)
“Tangan yang di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (penerima)”. (HR. Bukhari)
Hal lain yang bisa membuktikan bahwa banyak makanan berlebihan di bulan puasa adalah banyaknya sampah makanan. Lihat saja tempat-tempat sampah yang ada di sekliling kita yang selalu penuh sesak setiap harinya.
Saya pernah menonton sebuah acara di televisi yang membahas tentang sehat di bulan puasa, yang narasumbernya adalah seorang dokter. Sang dokter mengatakan bahwa banyak orang yang mengeluhkan kesehatannya ketika memasuki bulan Ramadhan. Padahal menurut dokter ini, untuk orang yang tidak berpenyakit berat, puasa justru menyehatkan. Tetapi kesalahan besar yang dilakukan saat berpuasa adalah kesalahan pola makan, salah satunya adalah makan berlebihan terutama pada saat berbuka puasa.
Saya bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa ternyata dari sisi agama maupun kedokteran tidak menganjurkan untuk berlebih-lebihan dalam makanan. Dengan begitu maka seharusnya bulan Ramadhan ini kita jadikan sebagai bulan untuk berhemat bukan bulan untuk habis-habisan. Sehingga selepas Ramadhan, kita menjadi sehat rohani dan sehat jasmani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H