Mohon tunggu...
Kamal Suraba
Kamal Suraba Mohon Tunggu... -

Karyawan swasta dan tinggal di Sorowako.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Buruk Makanan Haram

5 Mei 2014   21:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:50 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam agama Islam, kita diperintahkan untuk memakan makanan yang halal dan baik. Selain bahannya yang halal, sumbernyapun harus halal. Makanan baik maksudnya bermanfaat untuk tubuh dan tidak memiliki efek buruk bagi kesehatan. Misalnya, orang yang memiliki gangguan pencernaan, maka tidak baik jika mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam. Namun karena semakin jauhnya masyarakat dari pengetahuan agama, sehingga menyebabkan mereka tidak memperhatikan lagi dari mana sumber makanannya. Prinsipnya yang penting bisa makan. Bahkan ada ungkapan yang menyesatkan “yang haram saja susah, apalagi yang halal”. Entah siapa yang memunculkan pertama, tapi ungkapan ini merupakan gambaran orang-orang yang putus asa sehingga menghalalkan segala cara dalam memperoleh makanan.

Jika sudah menghalalkan segala cara, maka tidak heran kalau lahir praktek-praktek seperti: mencuri, menipu, korupsi, suap-menyuap dan masih banyak lagi. Padahal Allah telah memerintahkan dalam Al Qur’an yang artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi” [Al-Baqarah : 168]

Menurut penjelasan ulama, ternyata makanan yang haram memiliki dampak buruk yang sangat besar. Selain berdosa, juga akan mempengaruhi tabiat manusia. Seorang ulama besar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa “makanan-makanan yang buruk tersebut bisa merusak tabiat manusia, “Allah mengharamkan makanan-makanan yang buruk lantaran mengandung unsur yang dapat menimbulkan kerusakan, baik pada akal, akhlak ataupun aspek lainnya. Keganjilan prilaku akan nampak pada orang-orang yang menghalalkan makanan dan minuman yang haram tersebut, sesuai dengan kadar kerusakan yang terkandung (dalam makanan tersebut). Seandainya, mereka tidak mencari-cari alasan takwil (sebagai pembenaran), niscaya sudah pantas untuk ditimpa siksa (dari Allah)”

Efek lain dari makanan haram, akan menyebabkan do’a kita tidak terkabul. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Artinya : Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Allah baik, tidak menerima kecuali hal-hal yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mu’min sebagaimana yang diperintahkan kepada para rasul, Allah berfirman : “Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Dan firmanNya yang lain : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu”. Kemudian beliau mencontohkan seorang laki-laki, dia telah menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut serta berdebu, ia menengadahkan kedua tangannya ke langit : “Ya Rabbi ! Ya Rabbi! Sedangkan ia memakan makanan yang haram, dan pakaiannya yang ia pakai dari harta yang haram, dan ia meminum dari minuman yang haram,dan dibesarkan dari hal-hal yang haram, bagaimana mungkin akan diterima do’anya” [Hadits Riwayat Muslim no. 1015]

Sekarang, mari kita lihat fakta saat ini. Begitu banyaknya perilaku menyimpang dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari pemimpin sampai masyarakat kecil. Setiap hari kita melihat atau mendengar berita-berita mengenai kerusakan perilaku dalam masyarakat. Pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, sodomi, korupsi para pejabat, perselingkuhan semua jadi konsumsi sehari-hari. Hal-hal yang dulunya sangat tabu, lama-kelamaan menjadi hal yang lumrah. Masyarakat sudah tidak percaya kepada pemimpin, begitupun pemimpin tidak peduli dengan kehidupan masyarakatnya. Agama hanya menjadi pelengkap dalam KTP. Padahal agama adalah jalan hidup yang diberikan Allah agar hidup manusia terarah.

Begitu juga do’a-do’a kita, mungkin banyak yang tidak dikabulkan. Hampir setiap saat kita berdo’a. Bahkan kita sering menyaksikan acara do’a bersama untuk negeri ini agar terhindar dari bencana, tapi kenyataannya bencana seakan tidak pernah berhenti menimpa negeri ini.

Bisa jadi, keburukan perilaku dan do’a-do’a kita yang tidak terkabulkan, akibat dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Kita sudah tidak peduli darimana sumbernya. Yang penting bisa makan dan kenyang, urusan halal-haram biar perut yang urus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun