Mohon tunggu...
Kamal Ramdhan
Kamal Ramdhan Mohon Tunggu... Lainnya - Kampung Cokelat

Seorang ayah...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Umbu Landu Paranggi dan Sebuah Gagasan Sederhana

24 April 2010   16:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:36 5254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kamu boleh mengidolakan seseorang, tapi jadilah dirimu sendiri" [caption id="attachment_126068" align="alignleft" width="300" caption="Umbu Landu Paranggi"][/caption] Itu adalah salah satu kata yang pernah keluar dari seseorang bernama Umbu Landu Paranggi. Umbu Landu Paranggi yang dikenal sebagai sosok misterius ini memang sangat disegani oleh "gembel-gembel intelektual" Malioboro. Emha Ainun Najib adalah salah satu penyair dan budayawan yang sangat mengidolakan beliau. Saking berpengaruhnya sebagai bapak sastra di kawasan Malioboro sehingga beliau mendapatkan gelar "Presiden Malioboro". Siapakah sebenarnya Umbu Landu Paranggi ? Menurut informasi yang saya dapat, umbu adalah sosok Penyair Indonesia yang hidupnya misterius yang dikenal sejak tahun 1960. Umbu adalah mentor bagi para penyair Indonesia terkenal seperti Emha Ainun Najib dan almarhum Linus Suryadi AG. Tetapi dia sendiri tetap misterius dan dikenal sebagai orang yang suka menggelandang dengan kantong plastik yang selalu dibawanya yang tak lain berisi puisi-puisi beliau. Banyak orang menyebutnya "pohon rindang" tapi dia sendiri lebih suka menyebutnya "pupuk" saja menandakan betapa rendah hatinya umbu terhadap semua golongan yang dia kenali. Beliau tidak pernah membedakan kelas. Ketika berbicara dengan anak-anak atau orang dewasa, ia tetap bisa diterima oleh siapapun karena kesederhanaan dan kehalusan tutur katanya. Salah satu karyanya yang pernah dipublikasikan adalah : SOLITUDE Oleh : Umbu Landu Paranggi dalam tangan sunyi jam dinding masih bermimpi di luar siang menguap jadi malam tiba-tiba musim mengeristal rindu dendam dalam detik-detik, dalam genggaman usia mengombak suaramu jauh bergema menggilkan jemari, hati pada kenangan bayang-bayang mengusut jejakmu, mendera kikinian seberkas cahaya dari menara waktu menembus tapisan untung malang nasibku di laut tiba-tiba angin, lalu gerimis berderai dalam gaung kumandang bait demi bait puisi Antologi Puisi Penyair Yogya,1977 sumber kutipan : disini Apa yang saya pelajari dari seorang umbu adalah tentang "kesederhanaan". Kesederhanaan tidak membuat sesuatu menjadi tenggelam tanpa makna. Apa yang diajarkan oleh beliau adalah filosofi "pupuk". Yaitu memberi, menyuburkan suatu tanaman tanpa ingin dirinya dihargai seperti tanaman itu. Bahkan itulah yang membuat para penyair seperti Emha sangat mengaguminya. Dari pelajaran malam ini terbersit di pikiran saya tentang filosofi pupuk. Bayangan saya (mudah-mudahan bisa dianggap sebagai gagasan) adalah bagaimana seandainya tulisan-tulisan di kompasiana yang datang dari seluruh rakyat Indonesia ini dipublikasikan ulang dalam bentuk buku. Pasti manfaatnya akan lebih besar sebagai "pupuk" bagi bangsa indonesia yang sedang haus akan jatidiri ini. Tentu saja, gagasan ini membutuhkan keikhlasan bagi kompasianers sebagai pemilik hak cipta atas tulisan-tulisannya jika seandainya terbit menjadi sebuah buku. Saya kira akan lebih menarik dan menambah minat kalangan lebih luas untuk mengenal kompasiana yang Indonesianis yang penuh dengan "pupuk pendidikan bagi masyarakat". sumber gambar : disini referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Umbu_Landu_Paranggi http://blog.imanbrotoseno.com/?p=277 http://blue4gie.com/2006/09/21/umbu-landu-paranggi-jejak-sajak-presiden-malioboro/ http://ooknugroho.blogspot.com/2007/02/umbu-landu-paranggi.html http://danakaryabakti-indonesianpoems.blogspot.com/2009/10/umbu-landu-paranggi.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun