Mohon tunggu...
Kamal Ramdhan
Kamal Ramdhan Mohon Tunggu... Lainnya - Kampung Cokelat

Seorang ayah...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Tembang Lir-ilir

29 September 2010   09:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52 1919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hawa sejuk terasa dari angin yang sepoi-sepoi basah Duduk santai sambil menikmati udara segar Karena di depan mata terlihat tanaman padi mulai bersemi Mulai bangun dari tidurnya Terlihat hijau ranau bagaikan pengantin baru yang sedang menikmati bulan madu Wahai anak gembala Ambilkan aku buah belimbing Walau pohonnya licin, tolong ambilkan Sebab buah belimbing itu untuk mencuci pakaianmu sendiri Lihatlah bajumu mulai robek di pinggir-pinggirnya Jahitlah dan rapikan Sebab nanti malam ada pesta Mumpung malam terang bulan Dan tempat pestanya cukup untuk banyak orang Maka bergembiralah kamu dan bersenang-senanglah *** Masih ingat dengan lirik diatas ? Ya, lirik diatas adalah versi terjemahan bebas bahasa indonesia ala saya yang diambil dari lirik "lir Ilir" karya Sunan Kali Jaga. Ada pesan yang mendalam dari lagu yang diciptakan salah satu wali songo yang terkenal di tanah jawa atau tanah jawi. Lagu ini mengisahkan tentang perkembangan Islam pada waktu itu, dimana masyarakat jawa mulai banyak yang memeluk agama Islam dan juga raja-raja jawa yang diibaratkan seperti pengantin baru yang sedang menikmati bulan madu. Sunan Kali Jaga ingin berpesan melalui lagu ini bahwa menyebarkan agama Islam tidaklah mudah. Butuh ketekunan serta kesabaran dan keberanian luar biasa agar Agama Islam bisa diterima dengan baik oleh masyarakat yang digambarkan melalui baitnya "Anak gembala/cah angon". Anak gembala diibaratkan sebagai orang yang mampu menjadi imam yang baik bagi makmumnya yang mengajarkan syariat Islam. Syariat itu terdiri dari lima ajaran Islam. Buah belimbing mempunyai lima sisi sebagai gambaran rukun Islam yang lima. Selagi masih ada kesempatan dan waktu yang masih tersisa, manusia-manusia yang bersih hatinya karena baru mengenal ajaran Islam diminta memperbaiki akhlaknya atau menjahit bajunya yang robek-robek. Yaitu pakaian ketakwaan kepada yang maha Esa. Kelak ketika hari akhir telah tiba, manusia-manusia yang sudah berpakaian ketakwaan akan bersorak sorai menuju ridha Ilahi, karena telah siap bertemu dengan sang pencipta. Lagu lir-ilir memberikan kita pelajaran, hendaknya manusia menyadari bahwa hidup di dunia ini tidak lama, seperti pohon padi. Sejatinya kita harus bangun (lir-ilir; ngelilir) seperti padi yg baru ditanam, tumbuh, menjadi besar, berbuah dan dipanen. Mempelajari syari'at dan menjalankan rukun Islam yang lima supaya tidak sesat dan terjerumus kedalam ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran agama. "...mumpung padhang rembulané, mumpung jembar kalangané. yo surako surak hiyo." Sekedar sharing bahan renungan. sumber gambar disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun