Â
      Secara keseluruhan, stres kerja adalah fenomena multidimensi yang dapat berdampak negatif pada produktivitas individu maupun organisasi jika tidak dikelola dengan baik. Untuk mengatasinya, baik karyawan maupun perusahaan perlu berperan aktif dalam mengenali sumber-sumber stres dan menerapkan strategi manajemen stres yang tepat, baik di tingkat individu maupun organisasi.
Â
B. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja
      Ross dan Altmaier (1994) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan  stres kerja. Ada dua hal pokok yaitu factor individual dan faktor tempat kerja[12].
a. Faktor Individual
Pengalaman seseorang dalam bekerja dipengaruhi oleh kepribadiannya. Ross dan Almeier (1994) menjelaskan bahwa  faktor pribadi ini mencakup dua ciri kepribadian yang berpengaruh: pola perilaku Tipe A dan perasaan terkendali (sense of control)[13]. Selain itu, faktor gender juga dibahas di antara faktor pribadi, meskipun faktor tersebut tidak dianggap sebagai ciri kepribadian.          Pola perilaku Tipe A  dicirikan oleh beberapa komponen, yaitu: 1); Perasaan tentang pentingnya waktu (sense of time). Individu terus-menerus perlu melakukan banyak aktivitas sekaligus dan menjadi tidak sabar atau berbicara dengan cepat. 2). Mereka memiliki dorongan agresif  untuk mencapai sesuatu, mengabaikan perasaan orang lain, dan memiliki sikap kompetitif. 3). Tingkat permusuhan yang tinggi. Individu umumnya curiga dan cepat marah terhadap orang lain.       Orang dengan kepribadian Tipe A lebih mungkin mengalami stres kerja karena cara  mereka memandang dunia[14]. Karena merasa kesal dengan kinerja orang lain, tidak suka didukung  rekan kerja, atau kesulitan  menyesuaikan perilakunya dengan situasi kerja.
- Pengendalian Diri (Sense of Control)
      Pengendalian mengacu pada persepsi seseorang bahwa tindakannya akan membawa pada hasil tertentu yang secara umum dianggap penting bagi orang tersebut. Kontrol yang dirasakan individu pada umumnya bertolak belakang dengan kontrol aktualnya. Terkadang seseorang akan membuat prediksi  kontrol diri yang berlebihan (overestimate), dan sebaliknya (kontrol diri individu mungkin tidak ada)[15].
      Abramson (Ross & Almaier, 1994) menambahkan bahwa individu mungkin mengaitkan kurangnya kendali mereka dengan faktor internal atau eksternal[16]. Jika kurangnya pengendalian disebabkan oleh faktor internal, seperti kurangnya keterampilan, maka dapat menimbulkan perasaan tidak berdaya dan rendah diri.
      Namun jika hal tersebut datangnya dari luar, misalnya dari orang lain, maka perasaan tidak berdaya  tersebut tidak akan terlalu berpengaruh dibandingkan faktor internal.
- Gender
      Terkait dengan perubahan peran perempuan di lingkungan dan tempat kerja, dimana pola gaya hidup saat ini seringkali mengharuskan perempuan untuk memiliki tanggung jawab keluarga dan pekerjaan secara bersamaan. Stess pekerjaan dapat berkaitan degan peran ganda yang dijalankan wanita, konflik dengan tanggung jawab rumah tangga, atau kemungkinan pelecehan seksual dalam tempat kerja[17].