Selama ini dalam sebuah hubungan, baik suami istri dalam rumah tangga, pacaran, persahabatan, pertemanan, bahkan antar anggota keluarga, cukup mudah untuk mengenali adanya kekerasan fisik. Lukanya kasat mata; bisa dibuktikan dengan visum dan rontgen (aabila mengalami luka dalam). Namun apabila yang terjadi adalah kekerasan emosional, sangat sulit dikenali dan dibuktikan.
Kekerasan emosional, menurut berbagai sumber, pada dasarnya merupakan cara untuk mengendalikan orang lain dengan menggunakan emosi untuk mengkritik, mempermalukan, menyalahkan, atau memanipulasi orang lain. Suatu hubungan dapat dikatakan telah terjadi kekerasan emosional, apabila salah satu pihak mengeluarkan kata-kata/kalimat atau perilaku intimidasi mampu melemahkan harga diri seseorang dan merusak kesehatan mentalnya. Bisa jadi kalimatnya halus dan tidak selalu kasar.
Perilaku kekerasan emosi dapat membahayakan karena kritikan yang terus menerus, intimidatif dan manipulatif akan mampu mengikis harga diri seseorang sehingga dia mulai meragukan nilai dirinya.
Pelaku kekerasan emosi juga umumnya kurang menghargai perasaan dan emosi yang kita miliki. Ketika kita menyampaikan apa yang kita rasakan dan merasa tersinggung serta terluka atas perkataan dan perlakuannya dia selalu menuduh bahwa “kamu gampang baper” atau “perasaanmu terlalu berlebihan”
Semua bentuk kekerasan baik fisik, verbal maupun emosi dapat memberi efek yang sulit dipulihkan. Apalagi kalau seseorang itu mengalami semuanya, baik fisik, verbal maupun emosi. Namun nampaknya, kekerasan emosi, secara mental memiliki dampak yang lebih berat daripada jenis kekerasan lainnya. Bila kita terlanjur merasa memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang rendah, tidak berharga dan tidak berdaya, untuk memulihkannya perlu waktu bertahun-tahun bahkan puluhan tahun.
Kita perlu mulai waspada, bila kita sering merasa kurang nyaman berbicara dengan pasangan, sahabat, teman, atau bahkan keluarga. Kita sering merasa kehilangan kepercayaan diri, tidak berharga, tertekan, terancam, tuntutan yang tidak rasional, mengharapkan kamu untuk mengesampingkan semua aktivitas dan kepentingan pribadi hanya untuk memenuhi kebutuhannya, selalu tidak puas dengan usaha yang telah kita berikan kepadanya, juga berharap untuk selalu setuju dengan pendapatnya, besar kemungkinan kita merupakan korban kekerasan emosional. Segera minta bantuan kepada professional atau seseorang yang dapat kita percaya untuk mendapatkan pertolongan.
Kita berhak untuk diperlakukan dengan baik dan dihargai oleh siapapun, apalagi oleh orang-orang terdekat. Kita perlu mengungkapkan kegelisahan dan ketidaknyamanan yang kita rasakan kepada seseorang yang kita percaya,. Kita harus sehat secara fisik dan mental. Kita berhak untuk bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H