Mohon tunggu...
Kamalia Purbani
Kamalia Purbani Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Pemerintahan, Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Perempuan

Purnabakti PNS Pemerintah Kota Bandung. Terakhir menjabat Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Pemberdayaan Perempuan, Kepala Kantor Litbang, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Kepala Bappeda, Inspektorat, Staf Ahli Walikota Bidang Teknologi Informasi, Asisten Daerah Pemerintahan dan Kesra

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Miskom dan Salah Paham: Akar Hancurnya Hubungan

13 Desember 2022   10:12 Diperbarui: 13 Desember 2022   10:27 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Mis-komunikasi (miscommunication) dan kesalahpahaman (misunderstanding) menjadi penyebab utama sebuah hubungan menjadi berantakan. Secara sederhana bisa diartikan bahwa miskomunikasi terjadi ketika seseorang tidak dapat atau tidak menyampaikan informasi dengan baik. Kesalahpahaman terjadi ketika miskomunikasi terjadi, atau ketika penerima tidak memahami informasi yang disampaikan sehingga dia mengartikannya berbeda dengan apa yang dimaksud oleh pemberi pesan.

Sebetulnya apa faktor penyebab utama terjadinya miskomunikasi dan salah paham? 

Banyak orang menyatakan bahwa penyebab utamanya  adalah perbedaan sudut pandang. Dengan kata lain, kedua belah pihak memiliki cara pandang yang berbeda tentang apa yang dimaksud. Kita sering beranggapan bahwa orang lain seharusnya memiliki cara fikir yang sama dengan kita. Egosentrisme semacam ini merupakan penyebab utama kesalahpahaman dalam kehidupan sehari-hari. 

Perbedaan sudut pandang ternyata bukan satu-satunya penyebab. Kesalahpahaman juga sering terjadi akibat dari asumsi tanpa bukti. Konflik dan perang dingin akan terus terjadi sampai asumsi masing-masing pihak diklarifikasi hingga semuanya menjadi lebih transparan. Kesalahpahaman sering pula terjadi karena salah satu atau bahkan dua-duanya kurang mendengarkan satu sama lain. Kebanyakan dari kita memang jarang dilatih untuk menjadi pendengar yang baik, dibandingkan dengan dilatih untuk menjadi seorang pembicara yang baik. Ketidak mampuan mendengarkan yang baik sering dikaitkan pula dengan tingkat respek kita terhadap yang menjadi lawan bicara. Saat seseorang respek terhadap pasangan atau seseorang, kita cenderung  akan lebih bersabar untuk mendengarkan penjelasan atas apa yang dia ucapkan, tidak langsung menyela ataupun menghakimi.

Namun dalam beberapa kasus kesalahpahaman sering kali terjadi karena tidak ada kecocokan cara pandang, pola fikir dan sistem nilai (tidak compatible). Masing-masing memiliki argumentasi yang sulit sekali menemukan titik kompromi. Untuk meminimasi kesalahpaham dalam sebuah hubungan, memang ada baiknya sejak awal kita mengetahui dan memahami sistem nilai, pola pikir seseorang yang akan menjadi pasangan kita.  

Lalu apa yang bisa kita lakukan ketika kesalahpahaman terjadi dalam suatu hubungan?

Banyak orang sering kali tidak sabar untuk mencari tahu akar penyebab dari kesalahpahaman. Padahal akar penyebab merupakan langkah pertama untuk dapat menemukan pendekatan yang tepat dalam menyelesaikan kesalah pahaman. Untuk mencari akar permasalahan, kadang kita juga perlu sedikit mundur ke belakang untuk memahami situasi yang terjadi pada saat kesalah pahaman itu terjadi. Dengan memahami situasi dan kondisinya, akan lebih memudahkan kita untuk mengerti dan memaklumi apa yang terjadi.

Terjadi miskomunikasi dan kesalah pahaman dengan pasangan ataupun dengan keluarga maupun rekan kerja sering dianggap wajar. Namun harus diakui, hal tersebut apabila sering terjadi akan menguras energi dan melelahkan lahir dan bathin. Jika kesalahpahaman sudah tidak lagi terkendali, akibatnya fatal dan dapat menghancurkan hubungan, baik dengan pasangan, pertemanan, persahabatan maupun relasi kerja.

Beberapa langkah sederhana namun kadang sulit dilakukan karena ego yang tinggi, sebetulnya akan sangat efektif mengatasi kesalahpahaman. Langkah tersebut adalah mau lebih  mendengarkan, berhenti berasumsi, bersedia memperbaiki kekurangan dan bersedia meminta maaf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun