Pernahkah membaca berita tentang bagaimana sikap wanita terhadap sesama wanita di gerbong khusus wanita commuter line? Banyak cerita terungkap bagaimana mereka saling sikut di gerbong tersebut sehingga tujuan utama pembentukan gerbong khusus wanita untuk membuat para wanita lebih aman dan nyaman belum tercapai
Mungkin kita pernah juga membaca bagaimana sinis dan tajamnya komen dari sesama wanita terhadap wanita yang dianggap melakukan suatu kesalahan, menjadi istri kedua, korban kekerasan rumah tangga atau korban pemerkosaan.
Setiap manusia manusia menyimpan sifat kompetitif dalam dirinya. Namun berbeda dengan laki-laki yang cenderung lebih positif dalam mengekspresikan sifat kompetitifnya, konon perempuan lebih sering menyerang orang lain dan jarang menghadapi dengan cara positif. Ada apa dengan wanita? Mengapa sebagian besar wanita cenderung memandang wanita lain segabai ancaman? Bagaimana secara psikologis bisa dijelaskan?
Dalam konteks persaingan perempuan di tempat kerja, Katherine Crowley dan Kathi Elster, rekan penulis Mean Girls at Work: How to Stay Professional when Things Get Personal, menyatakan:
"Wanita itu rumit. Sementara itu sebagian besar dari kita ingin menjadi baik dan mengasuh; kita berjuang dengan sisi gelap kita - perasaan cemburu, iri, dan persaingan. Sementara laki-laki cenderung bersaing secara terbuka - berebut posisi dan berjuang untuk dinobatkan sebagai 'pemenang'. Perempuan sering bersaing lebih diam-diam dan di belakang layar. Persaingan terselubung dan agresi tidak langsung ini merupakan inti dari perilaku 'kejam' di antara wanita di tempat kerja."
Shera Rindra Mayangputri, seorang aktivis yang aktif menginisiasi program edukasi kesetaraan gender (dalam sebuah artikel di majalah Femina), menyayangkan bahwa pertemanan yang positif antara wanita (sisterhood) di Indonesia belum terbangun dengan baik. Jika dilihat secara mayoritas, pertemanan antar wanita masih dipahami dalam bentuk 'geng-gengan', berkumpul untuk seru-seruan, lengkap dengan tuntutan untuk saling sama.
Ternyata kondisi seperti ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Di negara yang sudah maju, kondisi inipun masih terjadi. Sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh Susan Skog dalam  buku Mending the Sisterhood & Ending Women's Bullying (2015) menjelaskan bahwa "Penindasan, saling menghalangi dan diskriminasi antar wanita telah membuat banyak wanita justru menjauh dari kesuksesan. Bayangkan, jika kita saling mendukung, pasti lebih banyak lagi wanita yang sukses saat ini,"
Tantangan bagi kaum wanita di Hari Kartini tahun ini adalah bagaimana kita mampu mengelola fikiran dan emosi kita agar perasaan iri, cemburu, susah melihat dia senang, senang melihat dia susah dapat diminimasi, karena sesungguhnya hal tersebut akan merugikan diri kita sendiri.
Menurut salah satu sumber, secara fisik, iri hati ini berpengaruh terhadap peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan hormon adrenalin. Selain itu juga, iri hati menyebabkan kesulitan tidur (insomnia) yang akhirnya berakibat pada melemahnya imun sistem.
Untuk mengatasi persaingan dan kebiasaan saling menjatuhkan antara perempuan yang juga sering terjadi di tempat kerja, wanita perlu memperluas perspektifnya dan berorientasi kepada tujuan utama yang ingin dicapai. Kemudian kita juga perlu memiliki perspektif saling melengkapi yaitu kelebihan seseorang akan melengkapi yang lainnya, dan kekurangan yang satu dibantu oleh yang lain, sehingga tercipta sinergi kerja yang baik yang akan menghasilkan hasil yang lebih baik
Semua hal bisa dilakukan oleh para wanita/perempuan asalkan dia memiliki sifat open minded (fikiran yang terbuka).